Erick Thohir: Jumlah Uang Beredar di Masyarakat Capai Rp1.800 T
Menteri BUMN Erick Thohir mencatat jumlah uang yang beredar di masyarakat mencapai Rp1.800 triliun.
IDXChannel - Menteri BUMN Erick Thohir mencatat jumlah uang yang beredar di masyarakat mencapai Rp1.800 triliun. Angka tersebut lebih besar dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang diperkirakan mencapai Rp1.600 triliun saat ini.
"Kemarin saya dapat datanya dari Ibu Deputi, kita itu, dari total perputaran uang, yang itu kalau tidak salah Rp 1.800 triliun, kalau gak salah nanti di cek lagi, kita bandingkan dengan APBN kita berapa? 1.600 triliun, berarti lebih besar Rp 200 triliun dari perputaran ini lho, tapi nanti tolong di cek lagi datanya," ujar Erick, Rabu (25/8/2021).
Di tengah pandemi Covid-19, pendapatan negara terus mengalami penurunan. Tercatat, defisit APBN pada semester 1-2021 mencapai Rp283,2 triliun. Defisit itu setara dengan 1,72 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dari defisit tahun lalu sebesar 1,67 persen.
Defisit APBN terjadi karena belanja negara lebih besar dibanding pendapatan negara. Hingga semester 1-2021 pendapatan negara mencapai Rp886,9 triliun. Angka itu tumbuh 9,1 persen atau 50,9 persen dari target APBN tahun 2021, sebesar Rp1.743,6 triliun.
Erick menegaskan, negara saat ini membutuhkan income lebih besar. Karena itu, dia memastikan agar perusahaan pelat merah berkontribusi dalam pendapatan negara. Baik dari aspek pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga dividen.
"Jadi kita penting sebagai korporasi ini harus menjadi driver, lokomotif ketika pendapatan negara sangat berkurang. Kita harus pastikan perusahaan ini sustainability, sama seperti saya bilang di awal dalam kepemimpinan, pembayaran pajak, PNBP, dividen sangat diperlukan hari ini sama negara," katanya.
Untuk mencapai target, pemegang saham terus mendorong transformasi perseroan. Pandemi dan income negara yang menurun mengharuskan BUMN tetap berperan aktif mendorong program-program pemerintah.
"Toh, kita percaya program-program yang dilakukan oleh negara kita saat ini sangat terlihat hasilnya di bawah, maksimal harus kita perbaiki. Inilah yang saya mau kepemimpinan, transformasi di perusahaan BUMN harus terjadi. Karena ini saat yang tepat kita melakukan itu, kita harus dipaksa, momentumnya ini ada, ini bukan sesuatu yang apa-apa, harus terjadi, kalau gak," ungkap dia. (NDA)