ECONOMICS

Eropa Tetap Rangkul China saat AS Serukan Decoupling

Wahyu Dwi Anggoro 05/04/2023 17:23 WIB

Situasi geopolitik yang unik akan berlangsung pekan ini.

Eropa Tetap Rangkul China saat AS Serukan Decoupling. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Situasi geopolitik yang unik akan berlangsung pekan ini. Pada waktu yang sama Ketua DPR AS Kevin McCarthy menjamu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di California, Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama Pemimpin Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyambangi Presiden China Xi Jinping.

Banyak pengamat memperkirakan invasi Rusia di Ukraina akan menjadi fokus utama pertemuan antara Macron dan Xi. Namun, hubungan ekonomi antara kedua negara sepertinya juga akan mendominasi kunjungan Macron ke China. 

Di China, Macron membawa serta lebih dari 50 pemimpin bisnis terkemuka Prancis, termasuk perusahaan energi nuklir EDF dan raksasa penerbangan Airbus. Selain Beijing, Macron juga akan mengunjungi Guangzhou, pusat ekonomi dan perdagangan di wilayah selatan China.

“Delegasi bisnis ini jelas merupakan sinyal bagi Beijing bahwa kerja sama ekonomi masih menjadi agenda utama bukan hanya di Paris, tapi juga di tingkat Uni Eropa secara keseluruhan,” kata Alicja Bachulska, peneliti kebijakan di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri (ECFR), kepada Euronews.

“Eropa enggan dengan decoupling. Kebijakan decoupling ini gaya Amerika,” lanjutnya.

Sebelum kunjungan Macron dan von der Leyen, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez melakukan lawatan serupa beberapa bulan lalu. Rangkaian kunjungan tersebut dijalankan di tengah memanasnya hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS), sekutu utama negara-negara Eropa.

Pada 2022, China adalah rekanan terbesar ketiga untuk ekspor barang UE dan mitra utama untuk impor barang blok tersebut. Hal tersebut menunjukkan posisi penting China untuk perekonomian negara-negara Eropa.

“Sikap Barat atas China seperti yin dan yang: Di satu sisi, ada sikap hawkish terhadap Beijing yang berakar pada ketidakpercayaan mereka terhadap China; di sisi lain, ada kebutuhan untuk mempertahankan kemitraan dengan raksasa ekonomi di Asia yang sedang bangkit,” kata kolumnis the Washington Post Ishaan Tharoor.

Selain itu, eks Duta Besar Jerman untuk AS Wolfgang Ischinger mengungkapkan bahwa Eropa juga memiliki rasa tidak percaya terhadap AS, apalagi setelah Donald Trump menjalankan kebijakan isolasionis selama menjadi presiden. Eropa khawatir kubu isolasionis semakin berkembang di AS.

“Ketakutan mendasar yang diprovokasi Trump enam tahun lalu tidak akan hilang. Bagaimana jika virus isolasionis yang disebarkan Trump menginfeksi kandidat lain?” kata Ischinger kepada New York Times.

“Bagaimana jika, alih-alih Trump, Partai Republik menominasikan tokoh isolasionis lain sebagai calon presiden? Dan bagaimana jika kandidat itu menang?” tambahnya. (WHY)

SHARE