ECONOMICS

ESDM: Konsumsi Listrik RI Masih Rendah Dibanding Negara ASEAN

Rizky Fauzan 25/11/2022 15:26 WIB

Kementerian ESDM mengungkapkan konsumsi listrik per kapita orang Indonesia masih di bawah target yakni sebesar 1.268 kWh/kapita pada tahun ini. 

ESDM: Konsumsi Listrik RI Masih Rendah Dibanding Negara ASEAN (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) mengungkapkan konsumsi listrik per kapita orang Indonesia masih di bawah target yakni sebesar 1.268 kWh/kapita pada tahun ini. 

Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Ida Nuryatin Finahari mengatakan bahwa jika semakin tinggi konsumsi listrik per kapita maka itu dapat diindikasikan semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Tetapi hingga September 2022 konsumsi listrik per kapita masih sekitar 1.169 kWh/kapita. Kita tahu makin tinggi konsumsi listrik per kapita dapat diindikasikan semakin tinggi juga pertumbuhan ekonomi di Indonesia," tambahnya," kata Ida dalam Forum Diskusi Publik secara daring, Jumat (25/11/2022).

Ida membeberkan, rata-rata konsumsi listrik di ASEAN sudah mencapai 3.672 kWh/kapita. Namun, dalam Renstra Kementerian ESDM, konsumsi listrik per kapita tahun 2024 ditargetkan 1.408 kWh/kapita.

"Artinya kalau kita lihat dari sini sampai 2024 pun sebenarnya kita juga masih ketinggalan jauh sama negara ASEAN lainnya," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan bahwa hingga saat ini Indonesia masih terjadi kesenjangan energi listrik antara di wilayah Indonesia Timur dan Indonesia bagian Barat.

"Ini yang masih terjadi di Indonesia. Terjadi kesenjangan energi listrik antara Indonesia timur dan Indonesia barat," kata Mulyanto saat dihubungi MNC Portal, Jumat (25/11/2022).

Mulyanto membeberkan, di sisi lain pulau Jawa dan pulau Sumatera mendapati surplus listrik, bahkan PLN tetap harus bayar TOP (take or pay) dari IPP, di Indonesia timur termasuk kalimantan barat masih ada ratusan desa yang gelap gulita. Belum lagi keandalan listrik yg masih rendah dan listrik tidak menyala 24 jam.

"Keadilan listrik harus ditegakkan baik disuarakan ataupun tidak oleh pertemuan G-20," bebernya.

Demand listrik per kapita, kata dia, masih sangat rendah. Artinya Indonesia masih miskin secara energi.

"Karena deklarasi di atas relevan untuk kasus Indonesia dan harus menjadi perhatian pemerintah untuk mengeksekusinya," tutupnya. (RRD)

SHARE