Evergrande Bangkrut, Ini Kisah Pendirinya Pernah Jadi Orang Terkaya ke-2 di Asia
Hui Ka Yan adalah pendiri Evergrande yang baru saja mengumumkan kebangkrutan di AS.
IDXChannel - Raksasa properti China Evergrande Group resmi mengumumkan kebangkrutan di Amerika Serikat (AS) pada Kamis (17/8/2023). Perusahaan milik Hui Ka Yan ini telah mengajukan perlindungan dari para kreditor di AS sebagai bagian dari proses restrukturisasi utang.
Xu Jiayin alias Hui Ka Yan adalah pendiri Evergrande. Dia lahir di Desa Jutaigang, Provinsi Henan, China Barat pada 9 Oktober 1958.
Ayahnya seorang pensiunan tentara. Sedangkan ibunya telah meninggal sebelum ulang tahun pertamanya, sehingga dia dibesarkan oleh neneknya.
Mengutip Business Insider, setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Hui bekerja di pabrik semen sebelum melanjutkan pendidikan ke universitas di Wuhan Institute of Iron and Steel pada 1978. Dia sana dia belajar metalurgi.
Setelah lulus kuliah, dia ditugaskan bekerja di toko milik Wuyang Iron and Steel Company, di mana dia bertemu istrinya. Dia berhasil naik pangkat dengan cepat dan dipromosikan menjadi direktur perusahaan pada 1985.
Setelah bekerja 10 tahun di sana, Hui mengundurkan diri pada 1992 dan pindah ke Shenzhen. Di sini dia menjadi pemimpin di perusahaan perdagangan.
Pada 1996, dia pindah ke Guangzhou dan mendirikan Grup Evergrande di saat China tengah memulai urbanisasi dan pasar perumahan mulai berkembang.
Hui memfokuskan perusahaannya sebagian besar untuk membangun apartemen bertingkat tinggi, berutang untuk membangun dengan biaya rendah, kemudian menjualnya di luar rencana. Artinya, investor dan pembeli dapat membeli properti tersebut sebelum dibangun.
Di bawah Hui, Evergrande meraup pendapatan ratusan juta dolar AS setahun ketika go public pada 2009 di bursa saham Hong Kong.
Pada 2020, Evergrande menghasilkan pendapatan sebesar USD76 miliar per tahun dan laba kotor USD18 miliar. Bahkan, Evergrande berhasil memperluas kerajaan bisnis propertinya ke 280 kota.
Tapi utang perusahaan juga menumpuk. Evergrande mulai meminjam lebih dari USD200 miliar dari 2014 hingga 2020 saja. Dalam periode yang sama, kekayaannya bertambah sebesar USD30 miliar, sebagian dari dividen di saat perusahaannya semakin terlilit utang.
Saat utang Evergrande mulai meningkat pada 2014, begitu pula dengan kekayaan Hui. Menurut Forbes, kekayaannya bertambah hingga mencapai USD36,2 miliar pada 2019. Pada tahun yang sama, utang Evergrande juga melonjak USD42,8 miliar.
Melansir Newsweek, pada 2018, Brand Finance menyebutnya sebagai perusahaan properti paling berharga di dunia. Dengan kepemilikan 70% saham di Evergrande, mendorongnya menjadi orang terkaya ke-53 di dunia dan ke-10 di China.
Saat Evergrande mencapai puncaknya, Hui menjadi orang terkaya kedua di Asia. Menurut Bloomberg Billionaires Index, kekayaannya saat itu mencapai USD42 miliar.
Seiring bertambahnya kekayaan, Hui berinvestasi pada produsen mobil listrik dan mengakuisisi salah satu tim sepak bola paling sukses dari Guangzhou.
Evergrande juga terjun ke pasar air kemasan dan memiliki 49% saham di Evergrande Spring. Menurut laporan 2020, Evergrande Spring telah menjual air di 500 ribu lokasi di seluruh China. Tak cuma itu, Evergrande juga berinvestasi di bidang produk konsumen, pariwisata, perawatan kesehatan, video, dan keuangan.
Namun Hui mengalami kejatuhan yang mengejutkan dengan kehilangan kekayaan mencapai USD39 miliar hanya dalam dua tahun. Pada awal tahun ini, menurut laporan Bloomberg, kekayaannya tersisa USD3 miliar, anjlok 93% dari kekayaan tertinggi yang dimilikinya sebesar USD42 miliar.
Namun tidak hanya kekayaannya yang hilang, juga pengaruh politiknya di China. Sebelum krisis terjadi, Hui menjadi bagian dari Chinese People’s Political Consultative Conference (CPPCC), yang terdiri dari para pemimpin bisnis dan perwakilan pemerintah.
"Peran CPPCC seperti hadiah kehormatan yang diberikan China kepada pebisnis yang setia untuk memberikan kontribusi bagi negara," kata asisten profesor di Chinese University of Hong Kong, Willy Lam.
Kekayaan bersih Hui terus turun sejak masalah Evergrande dimulai. Penurunan terbaru karena dia menyuntikkan uangnya sendiri ke dalam bisnis dan membayar kreditor.
Berdasarkan data Real Time Billionaires Forbes, kekayaan bersih Hui saat ini diperkirakan susut lagi menjadi USD2,8 miliar atau setara Rp42,9 triliun. Posisinya pun merosot ke peringkat 1.055 orang terkaya dunia. (RNA)