ECONOMICS

Evergrande Catat Rugi Rp69,28 Triliun di Semester I-2023

Yulistyo Pratomo 27/08/2023 22:14 WIB

China Evergrande Group, melaporkam kerugian bersih yang lebih kecil untuk paruh pertama tahun ini.

Evergrande Catat Rugi Rp69,28 Triliun di Semester I-2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Usai mengumumkan pailit pada pekan lalu, pengembang properti terbesar asal China, China Evergrande Group, melaporkam kerugian bersih yang lebih kecil untuk paruh pertama tahun ini.

Menipisnya angka kerugian tak lepas dari naiknya angka pendapatan yang diraih perseroan. Dalam laporannya, Evergrande mencatat nilai rugi pada periode Januari-Juni adalah 33 miliar yuan atau setara dengan Rp69,28 triliun (Rp2.098 per yuan).

Nilai ini menciut apabila dibandingkan kerugian 66,4 miliar yuan, atau Rp139,35 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Evergrande menyatakan sukses meraih kenaikan 44% pada pendapatan semester pertama naik dari tahun sebelumnya menjadi 128,2 miliar yuan. Perseroan raihan ini tak lepas dari dimulainya kembali penjualan, dan berhasil memanfaatkan ledakan singkat di pasar properti pada awal tahun.

Liabilitas sedikit turun menjadi 2,39 triliun yuan dari 2,44 triliun yuan pada akhir tahun 2022, sementara total aset juga menyusut menjadi 1,74 triliun yuan dari 1,84 triliun yuan.

Pengembang membukukan kerugian bersih gabungan sebesar $81 miliar untuk tahun 2021 dan 2022 dalam laporan pendapatan yang telah lama tertunda bulan lalu, dibandingkan laba 8,1 miliar yuan pada tahun 2020.

Saat ini, Evergrande masih terbilang belum bisa bangkit sepenuhnya dari keterpurukan akibat utang yang menggunung. Meski serangkaian upaya penyelesaian terus dilakukan, namun tetap mengalami gagal bayar atau default.

Belum lagi sejumlah masalah lainnya yang melibatkan keuangan perusahaan, seperti rumah yang belum selesai dibangun, dan pemasok yang belum dibayar, sehingga menghancurkan kepercayaan konsumen terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Bulan ini, Evergrande memastikan telah mengalami kegagalan pembayaran kupon dalam dolar AS oleh pengembang swasta terbesar Tiongkok, Country Garden. Kondisi ini menyebabkan naiknya kekhawatiran penularan dalam perekonomian yang sudah melemah akibat lemahnya permintaan dalam dan luar negeri, melemahnya aktivitas pabrik, dan meningkatnya pengangguran.

Seperti dua laporan keuangan tahunan Evergrande sebelumnya, auditor Prism Hong Kong dan Shanghai belum mengeluarkan kesimpulan atas laporan ini, dengan alasan berbagai ketidakpastian terkait kelangsungan bisnis, termasuk arus kas masa depan.

Evergrande mengatakan kemampuannya untuk melanjutkan akan bergantung pada keberhasilan implementasi rencana restrukturisasi utang luar negeri, dan keberhasilan negosiasi dengan pemberi pinjaman lainnya mengenai perpanjangan pembayaran.

Pada Jumat kemarin, Evergrande mengatakan pihaknya telah “cukup” memenuhi pedoman bursa agar perdagangan sahamnya yang terdaftar di Hong Kong dapat dilanjutkan dan telah mengajukan permohonan untuk dimulainya kembali pada 28 Agustus.

Perdagangan saham telah dihentikan sejak Maret tahun lalu sambil menunggu hasil tahun 2021 dan 2022 serta hasil dari berbagai hal termasuk penyelidikan terhadap simpanan sebesar 13,4 miliar yuan yang disita dari anak perusahaan.

Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan AS awal bulan ini sebagai bagian dari salah satu operasi restrukturisasi utang terbesar di dunia.

Pengadilan di Hong Kong dan Kepulauan Cayman akan memutuskan pada awal September apakah akan menyetujui rencana restrukturisasi utang luar negeri yang melibatkan instrumen senilai USD31,7 miliar termasuk obligasi, agunan, dan kewajiban pembelian kembali.

Kreditor melakukan pemungutan suara mengenai rencana tersebut minggu lalu dan Evergrande belum mengungkapkan hasilnya.

(TYO)

SHARE