ECONOMICS

Freeport Indonesia Jual Produksi Smelter Gresik ke BUMN dan Pasar Ekspor

Rizky Fauzan 12/09/2022 16:32 WIB

Freeport Indonesia telah mengantongi komitmen pembelian produk emas, katoda tembaga, slag tembaga, dan asam sulfat dari smelter di Gresik.

Freeport Indonesia Jual Produksi Smelter Gresik ke BUMN dan Pasar Ekspor. (Foto ilustrasi: MNC Media)

IDXChannel - PT Freeport Indonesia (PTFI) terus merampungkan pembangunan pabrik pengolahan atau smelter di Gresik. Sebab, perusahaan telah mengantongi komitmen pembeli produk emas, katoda tembaga, slag tembaga, dan asam sulfat dari smelter itu.

Direktur Utama PTFI Clayton Allen Wenas menjelaskan untuk produksi emas nantinya akan diserap seluruhnya oleh PT Aneka Tambang. Selama setahun smleter Gresik bisa memproduksi 30-50 ton emas.

Untuk asam sulfat sisa dari pengolahan emas akan diserap oleh industri Petrokimia dan PT Pupuk Indonesia. Sementara itu, produk slag tembaga akan diserap oleh PT Semen Gresik dan PT Semen Indonesia.

Namun, produk katoda tembaga belum mendapatkan pembeli dari dalam negeri. Itu karena belum terbentuknya industri dalam negeri yang bisa mengolah katoda tembaga tersebut.

Jika industri dalam negeri tak tumbuh, maka mau tidak mau seluruh hasil katoda tembaga ini akan diekspor. "Ini kan sayang sekali ya kalau harus semuanya diekspor. Kita sangat mendorong adanya industri turunan seperti pabrik kabel, pabrik mobil listrik yang siap menyerap katoda tembaga ini," ujar pria yang disapa Tony Wenas saat rapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (12/9/2022).

Menurut dia, produksi katoda tembaga dari smelter Gresik bisa mencapai 300 ribu ton. Saat ini, 50% dari produk tersebut masuk pasar ekspor. “Tapi sejak 2024 nanti kita bisa produksi sampai 500-600 ribu ton katoda tembaga," kata Tony

Di sisi lain, dia menyebut katoda tembaga bisa digunakan untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Untuk solar panel saja membutuhkan 4 ton katoda tembaga setiap MW. Sedangkan untuk tenaga bayu butuh 1,5 ton katoda tembaga untuk setiap MW.

"Ini bisa sangat mendukung rencana pemerintah dalam mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia," ujar Tony.

(FRI)

SHARE