ECONOMICS

Gaji Warga RI Makin Tersedot untuk Bayar Utang, Bukti Ekonomi Makin Sulit?

Maulina Ulfa - Riset 10/12/2023 20:00 WIB

Survei Konsumen yang dilansir oleh Bank Indonesia (BI) pada Jumat (8/12/2023) menyebutkan rata-rata proporsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi menurun.

Gaji Warga RI Makin Tersedot untuk Bayar Utang, Bukti Ekonomi Makin Sulit? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Survei Konsumen yang dilansir oleh Bank Indonesia (BI) pada Jumat (8/12/2023) menyebutkan rata-rata proporsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi menurun.

Rata-rata proporsi pendapatan konsumen untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) juga menurun sebesar 75,3 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 75,6 persen. Rasio ini merupakan rasio terhadap pendapatan dan terjadi di seluruh kelompok pengeluaran.

Secara mengejutkan, alokasi pendapatan untuk membayar cicilan utang (debt to income ratio) melonjak menjadi 9,3 persen pada November, dibanding 8,8 persen pada Oktober. (Lihat grafik di bawah ini.)

Komposisi Penggunaan Pendapatan Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia, Tim Riset IDX Channel, Desember 2023

Masyarakat yang terbebani membayar cicilan membuat kemampuan menabung juga menurun. Ini terlihat dari penurunan proporsi tabungan menjadi 15,4 persen pada November di banding 15,7 persen pada bulan sebelumnya.

Dengan kata lain, pendapatan mayoritas masyarakat Indonesia semakin banyak yang tersedot untuk membayar cicilan utang sehingga memangkas konsumsi dan kemampuan menabung.

Fenomena ini terutama terjadi di kelompok ekonomi bawah dengan nilai pengeluaran per bulan di bawah Rp2 juta. 

Kelompok ini mencatat lonjakan penggunaan pendapatan untuk membayar cicilan utang terbesar dibandingkan kelompok pengeluaran lain. Kenaikannya mencapai 1,3 poin, melampaui angka rata-rata 0,5 poin.

Data juga menunjukkan, konsumsi kelompok pengeluaran di atas Rp2 juta mengalami penurunan. Justru pengeluaran untuk cicilan utang.

Hanya kelompok dengan pengeluaran Rp5 juta saja yang mencatat kenaikan pengeluaran untuk konsumsi dengan alokasi untuk cicilan utang dan tabungannya menurun per November.

Jika menarik data ke belakang, konsumsi rumah tangga memang menunjukkan perlambatan pada kuartal III-2023. Konsumsi rumah tangga melambat menjadi 5,06 persen dibandingkan 5,22 persen pada kuartal-II 2023.

Melemahnya konsumsi rumah tangga membuat perekonomian Indonesia hanya bertumbuh sebesar 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy) di kuartal-III tahun ini.

Angka pertumbuhan ini lebih rendah dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 5,05 persen dan melambat dari ekspansi sebesar 5,17 persen di kuartal sebelumnya.

Ini juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi terlemah Indonesia sejak kuartal-III 2021.

Lebih rinci, konsumsi rumah tangga, PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto), dan konsumsi LNPRT (Lembaga Non-profit yang Melayani Rumah Tangga) menjadi penopang terbesar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Sebagai penyumbang utama dari PDB menurut komponen pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,06 persen, PMTB tumbuh 5,77 persen didorong oleh pertumbuhan barang modal bangunan, kendaraan, serta produk kekayaan intelektual," terang Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).

Di kuartal II-2023, konsumsi rumah tangga juga menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di kuartal tersebut mencapai 5,17 persen yoy dan konsumsi rumah tangga menyumbang mayoritas atau 53,31 persen dari total PDB periode tersebut.(WHY)

SHARE