ECONOMICS

Gandeng PLN, BRPT Konversi Kendaraan Listrik dan Garap Amonia Hijau  

Cahya Puteri Abdi Rabbi 21/11/2022 14:27 WIB

PT Barito Pacific TBk (BRPT) melalui dua anak usahanya berkerja sama dengan PLN untuk transisi energi.

Gandeng PLN, BRPT Konversi Kendaraan Listrik dan Garap Amonia Hijau . (Foto: MNC Media).

IDXChannel - PT Barito Pacific TBk (BRPT) melalui dua anak usahanya yakni, Star Energy Geothermal dan Indo Raya Tenaga menunjukkan upayanya dalam mencapai transisi energi untuk masa depan. 

Keduanya menandatangani nota kesepahaman atau MoU bersama dengan Grup PLN untuk mengurangi jejak karbon, serta mengurangi emisi gas buang dari kegiatan operasional.

Presiden Direktur BRPT, Agus Salim Pangestu mengatakan, perseroan berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah Indonesia dalam transisi energi. Ini dilakukan sebagai langkah nyata dalam mewujudkan prinsip transisi energi yang adil atau just energy transition.

“Di mana, setiap pemangku kepentingan dan penerima manfaat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam peta jalan transisi energi,” kata Agus dalam keterangan resminya, Senin (21/11/2022).

Star Energy Geothermal bekerja sama dengan PLN terkait penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle di seluruh area operasionalnya, di mana PLN akan menyediakan stasiun pengisian daya atau charging station untuk mempermudah pengisian baterai. 

Sementara itu, Indo Raya Tenaga bekerja sama dengan PLN Enjiniring untuk melakukan studi bersama terkait potensi penggunaan amonia hijau sampai 60% dalam coal-firing.

Group CEO Star Energy Geothermal, Hendra Tan mengatakan, sebagai salah satu operator pembangkit listrik panas bumi di Indonesia, perusahaan menerapkan operasional secara hijau dan ramah lingkungan, yang harapannya dapat menjadi contoh praktik yang baik bagi yang lain.

Ia menuturkan, perusahaan akan mengganti kendaraan operasional di seluruh area operasional unit pembangkitnya yang berlokasi di Wayang Windu, Salak, Darajat dan di kantor pusat Jakarta menjadi electric vehicle tanpa emisi.

“Hal ini tentunya tidak akan terwujud tanpa dukungan dari PLN dalam penyediaan charging station di lokasi-lokasi tersebut,” kata Hendra.

Sementara itu, Presiden Direktur Indo Raya Tenaga, Peter Wijaya mengatakan, kolaborasi Indo Raya Tenaga bersama PLN Enjiniring, ditujukan untuk mempelajari kemungkinan teknis penggunaan amonia hijau sebesar 60% di Pembangkit Ultra Super Critical (USC) Jawa 9 & 10 dan ini adalah pertama kali di Indonesia.

Peter menjelaskan, penggunaan ammonia hijau di atas 20% pada pembangkit listrik, dimungkinkan karena Jawa 9 & 10 adalah pioneer dalam penerapan teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR) satu-satunya di Indonesia, yang berfungsi mengonversi emisi pembakaran batu bara ataupun ammonia berupa nitrogen oksida menjadi air dan nitrogen murni.

“Studi ini diharapkan akan semakin mengukuhkan posisi pembangkit Jawa 9 & 10 sebagai pembangkit USC-SCR yang ramah lingkungan, dan siap menjadi pembangkit yang berbahan bakar energi bersih dalam program transisi energi bersih,” kata Peter.

Sebagai informasi, Star Energy Geothermal dan Indo Raya Tenaga merupakan anak usaha Barito Pacific yang berfokus di sektor energi. Star Energy Geothermal merupakan produsen geothermal dengan total kapasitas 875 megawatt. 

Sementara, Indo Raya Tenaga merupakan pemilik pembangkit USC Jawa 9 & 10 yang berkapasitas 2 x 1000 megawatt. Jawa 9 & 10 adalah satu-satunya pembangkit listrik di Indonesia yang menggunakan teknologi pengontrol emisi paling lengkap dengan adanya SCR, Flue Gas Desulfurization, Electro-Static Precipitator, dan Low Nox burner. 

(FAY)

SHARE