ECONOMICS

Gara-gara Pakan Mahal, Harga Telur Kian Naik Bikin Peternak Ayam Was-was

Erfan Erlin 18/06/2022 14:42 WIB

Akibat mahalnya harga pakan membuat harga telur terus beranjak naik hingga Rp28 ribu per kilogram.

Gara-gara Pakan Mahal, Harga Telur Kian Naik Bikin Peternak Ayam Was-was. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Akibat mahalnya harga pakan membuat harga telur terus beranjak naik hingga Rp28 ribu per kilogram. Tingginya harga telur ini bukan karena minimnya pasokan atau tingginya permintaan tetapi karena kenaikan biaya produksi.

Ketua Paguyuban Ayam Petelur Gunungkidul, Subandi, mengakui tingginya harga telur karena harga pakan ayam petelur mengalami naik cukup signifikan. Hal ini tentu menyulitkan peternak lantaran menambahkan beban biaya produksi.

Subadi mengatakan kenaikan harga pakan tersebut terjadi secara bertahap dan sudah berlangsung sejak akhir tahun 2021 lalu hingga saat ini. Kenaikan harga pakan terjadi saat pandemi covid-19 mencapai puncaknya.

"Semua komponen pakan itu naik terus," kata dia, Sabtu (18/6/2022).

Komponen pakan ayam petelur itu ada tiga macam katul, jagung, dan konsentrat. Kenaikan harga yang cukup tinggi terjadi di komponen pakan konsentrat sebesar 50%, sedangkan komponen pakan lainnya cenderung masih stabil meskipun sempat mengalami kenaikan harga juga.

Menurutnya, harga pakan konsentrat yang mengalami kenaikan tak hanya terjadi di Gunungkidul saja namun juga skala nasional. Hal ini karena bahan baku pembuat konsentrat diperoleh dari import juga mengalami kenaikan.

"Harga pakan konsentrat kini mencapai Rp500 ribu per 50 kilogramnya, padahal sebelumnya sebesar Rp350 ribu," papar dia.

Sementara komponen pakan lain seperti katul dan jagung sejauh ini harganya cenderung stabil sehingga masih cukup terjangkau. Dia mengakui jika jagung juga sempat naik di harga yang menurut mereka mahal yakni Rp6 ribu per kilogram, namun sekarang sudah turun karena ada program jagung bersubsidi dari pemerintah.

Subandi menyebut menaikan harga komponen pakan otomatis berdampak pada bertambahnya biaya produksi para peternak, keadaan itu diperparah dengan harga telur yang berada dibawah harga produksinya sehingga potensi merugi semakin besar.

"Dampaknya tentu biaya operasional semakin tinggi karena 70% biaya peternak ayam petelur itu di pakannya, sisanya untuk operasional yang lain," kata dia.

Selain itu, dampak yang cukup dirasakan ialah banyaknya peternak skala menengah ke bawah yang gulung tikar. Ia mencontohkan, sekitar 300 peternak ayam petelur di Gunungkidul telah bergabung dalam paguyuban. 

Semenjak harga pakan terus naik yang terjadi sejak akhir tahun lalu menyebabkan hampir 40% peternak berhenti produksi. Peternak skala menengah atau dengan modal yang pas-pasan terancam gunung tikar.

"Ini kan yang naik bahan baku pembuat konsentrat kalau dari sana tidak turun ya sulit turun harganya," ujar Subandi. (TYO)

SHARE