Gara-Gara Suku Bunga, Pasar Properti Global Terlilit Utang Rp2.638 Triliun
Pasar properti global terpaksa menghadapi krisis utang yang mencapai USD175 miliar atau setara Rp2.638 triliun (Kurs Rp15.075 per USD).
IDXChannel - Pasar properti global terpaksa menghadapi krisis utang yang mencapai USD175 miliar atau setara Rp2.638 triliun (Kurs Rp15.075 per USD).
Utang kredit tersebut lantaran merosotnya bisnis properti hingga ke pasar perumahan ke real estat komersial. Jumlah utan ini sekitar empat kali lebih banyak dari pada industri lainnya.
Mengutip Bloomberg, Jumat (20/1/2023), tingginya utang di sektor properti lantaran kenaikan suku bunga acuan. Banyak pasar real estat hampir membeku dengan hingga mereka menjual aset.
Adapun tingkat kesusahan di real estat Eropa berada pada level tertinggi dalam satu dekade. Sebagian karena penurunan likuiditas, menurut sebuah studi oleh firma hukum Weil, Gotshal & Manges.
Nilai properti komersial Inggris turun lebih dari 20% pada paruh kedua 2022, menurut data MSCI Inc. Di AS, penurunannya sekitar 9%.
Turunnya transaksi dan pengembangan di real estat komersial dan residensial pasti akan berdampak pada pengeluaran di ekonomi riil. Pada gilirannya, hal itu dapat menimbulkan risiko terhadap pekerjaan dan pertumbuhan.
“Apa yang kita miliki dalam penurunan ini adalah keadaan ekonomi yang cukup unik. Pengetatan suku bunga bukannya melunakkan pukulan untuk real estat dan korporasi lainnya," Direktur pelaksana senior di tim penasihat pinjaman Ian Guthrie.
Dewan Bundesbank Jerman dan Bank for International Settlements Andreas Dombret menambahkan, properti komersial dari kantor hingga pusat perbelanjaan lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi daripada kelas aset lainnya.
“Inilah sebabnya mengapa regulator sering menghindari memperkenalkan buffer countercyclical pada waktu yang tepat: ketika tidak ada tekanan di pasar real estat," imbuh dia.
Beberapa bank AS memperkirakan kerugian kredit akan bertambah tahun ini. Bank of America Corp menandai tambahan USD1 miliar pinjaman properti kantor dengan peningkatan risiko gagal bayar atau gagal bayar.
(DES)