Gelombang PHK Hantui Industri Mebel, Ini Respons Asosiasi Pengusaha
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus mengincar berbagai industri di dalam negeri tak terkecuali mebel.
IDXChannel - Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus mengincar berbagai industri di dalam negeri tak terkecuali mebel. Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), Dedy Rochimat menjelaskan gelombang PHK hanya terjadi sementara, ada waktunya pengusaha akan memasuki masa rekrutmen buruh baru.
"Ya itu (PHK) emang terjadi karena pasarnya lagi menyusut. Tapi sementara, nanti tahu-tahu hire lagi. Makanya ini fenomena yang terjadi. Tapi nggak banyak kok yang PHK," ujar Dedy saat ditemui di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Ada beberapa strategi yang akan dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan penjualan dan secara otomatis akan menyerap banyak buruh. Langkah yang dilakukan asosiasi untuk mendorong hal tersebut salah satunya adalah melalui Indonesia Mebel & Design Expo 2023 atau IFFINA pada 14-17 September mendatang. Dengan acara ini diharapkan dapat memperluas pemasaran produk mebel dan kerajinan Indonesia. Sehingga PHK terhadap buruh dapat ditekan.
Wakil Ketua ASMINDO Anne Patricia Sutanto mengakui adanya gelombang PHK di industrinya. Adapun besarnya 10-20 persen secara nasional. Hal itu lantaran demand ekspor yang merosot.
"PHK pasti terjadi itu karena kontraksi, mungkin antara 10 sampai 20 persen" ujar Anne.
Untuk mengatasi hal ini pihaknya tak berdiam diri, melainkan bekerja sama dengan pemerintah. Adapun kerjasamanya, membentuk Satgas. Mereka bertugas membuat langkah-langkah, target-target, serta mencari alternatif tujuan ekspor. Dengan ini diharapkan bisa membantu menggairahkan aktivitas ekspor para pengusaha, yang mana buntutnya bisa menambah lapangan kerja atau menekan terjadinya PHK.
"Kita punya Satgas Ekspor dan Asmindo adalah salah satu pendukung. Dengan itu harapannya kita bisa menyebarluaskan IFFINA supaya bisa sukses sehingga para pabrik yang ada Indonesia ini bisa menambah pekerja sehingga efek sementara dari global kontraksi ini bisa dilalui dengan baik di Indonesia bisa lebih sustainable," jelasnya.
(SLF)