Genjot Produktivitas Bioetanol, PTPN III Usul 2 Juta Ha Lahan Sawit Jadi Tebu
Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) menilai perlunya konversi 2 juta hektare (ha) lahan sawit menjadi perkebunan tebu.
IDXChannel - Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) menilai perlunya konversi 2 juta hektare (ha) lahan sawit menjadi perkebunan tebu. Aksi itu untuk mendukung produktivitas bioetanol ke depan.
Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Gani mengatakan, Indonesia memiliki luas area kelapa sawit mencapai 16 juta ha dengan rata-rata produksi sebanyak 3 ton per ha.
Dia menuturkan, dari perspektif efisiensi sumber daya, di antara dua komoditas energi berbasis green, yakni biodiesel dan bioetanol, paling efisien adalah bioetanol.
Dia berhitung, bila satu hektare lahan sawit dikonversi menjadi biodiesel, maka hanya mampu menghasilkan 2,5 kiloliter (KL) atau setara 2.500 liter biodiesel per ha, per tahunnya.
"Biodiesel itu Indonesia itu rata-rata, Indonesia memiliki luas area kelapa sawit 16 juta ha dengan produktivitas rata-rata produksi 3 ton per ha," ujar Gani saat 'Ngopi BUMN', Kamis (26/10/2023).
"Tiga ton per hektare itu kalau di-convert menjadi biodiesel hanya 2,5 KL per ha, jadi hanya 2.500 liter per ha per tahun untuk biodiesel," lanjut dia.
Sebaliknya, jika 1 ha sawit dikonversi menjadi satu lahan perkebunan tebu, maka mampu menghasilkan 4-5 kiloliter atau setara 4.000-5.000 liter etanol.
Dengan begitu, kemampuan tanah akan menghasilkan etanol dua kali lebih besar dibandingkan dengan biodiesel.
"Tapi etanol memiliki dua jalur, kalau etanol tanaman yang paling efisien itu etanol itu adalah tebu, tebu itu bisa menghasilkan etanol ketika berbasis itu ada tebu diolah menjadi gula dan sisanya itu adalah tetes, tetes itu bisa menjadi etanol, itu rute pertama," tuturnya.
"Tapi rute yang kedua adalah dari tebu diolah jadi nira, niranya langsung menjadi etanol," imbuh dia.
Menurutnya, roadmap energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia lebih tepat jika menggeser kapasitas produksi biodiesel ke etanol.
"Ini kan kebijakan pemerintah, jadi kemudian terkait dengan kebutuhan lahan dan iklim untuk hasilkan etanol ini lebih sederhana dibandingkan tebu," ucap Gani.
"Karena kalau tebu ini dalam satu tahun, tanaman tebu itu sembilan bulan itu harus cukup air, tapi pada saat ditebang tidak ada airnya, berkurang airnya, sehingga hujan terus turun, atau kalau kering terus produksinya turun," imbuh dia.
(RNA)