ECONOMICS

Grab PHK Terbesar setelah Pandemi, Ada Apa dengan Bisnis Ride Hailing?

Maulina Ulfa - Riset 21/06/2023 12:42 WIB

Grab Holdings Ltd. sedang mempersiapkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesarnya sejak pandemi.

Grab PHK Terbesar setelah Pandemi, Ada Apa dengan Bisnis Ride Hailing? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Grab Holdings Ltd. sedang mempersiapkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesarnya sejak pandemi.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (20/6/2023), perusahaan jasa ride-hiling tersebut menghadapi persaingan yang semakin ketat. Utamanya dalam layanan pemesanan kendaraan dan pengiriman makanan di seluruh Asia Tenggara.

PHK ini akan diumumkan segera minggu ini dan kemungkinan akan melampaui gelombang PHK pada 2020 sebesar lima persen, atau sekitar 360 karyawan.

Grab belum mencapai profitabilitas karena beban pemasaran dan persaingan bisnis dengan perusahaan serupa seperti GoTo Group membebani kinerja keuangannya. 

Kinerja saham Grab yang telah debut di bursa New York pada akhir 2021 juga turun di sepanjang tahun ini. Sahamnya telah turun 2,31% secara year to date (ytd). (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Rencana PHK ini juga berasal dari tekanan investor yang mendorong efisiensi melalui pengurangan biaya operasional

Saat GoTo dan Sea Ltd yang merupakan induk Shopee memangkas ribuan pekerja tahun lalu, Grab menahan diri untuk tidak melakukan PHK massal. Diketahui Grab melakukan over rekruitmen di saat banyak perusahaan sejenisnya melakukan PHK besar-besaran sepanjang 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)

Grab juga menghadapi potensi pertumbuhan yang melambat karena tingkat inflasi yang lebih tinggi dan kenaikan suku bunga membebani pengeluaran konsumen.

Pendapatan Grab tumbuh 130% yoy menjadi USD525 juta pada kuartal pertama 2023. Menurut laporan keuangan Grab, pertumbuhan ini terjadi di semua segmen bisnis dan adanya pengurangan insentif, serta perubahan model bisnis untuk jasa pengiriman tertentu di salah satu pasar.

Meski perusahaan melaporkan kerugian triwulanan yang lebih sempit bulan lalu, nilai barang dagangan kotor atau Gross Merchandise Value (GMV) hanya tumbuh tiga persen pada kuartal I 2023, turun dari 24% untuk kinerja setahun penuh sepanjang 2022.

Pertumbuhan ini akibat permintaan pengiriman yang lebih lemah karena liburan Tahun Baru Imlek dan Ramadan selama kuartal pertama 2023.

Adapun kerugian bersih Grab juga tercatat menyempit menjadi USD250 juta dari USD423 juta setahun sebelumnya. Namun, kerugian ini merupakan peningkatan 43% secara yoy karena peningkatan EBITDA yang disesuaikan grup dan pengurangan beban bunga bersih. (Lihat tabel di bawah ini.)

“Kuartal ini, kami melaporkan serangkaian hasil yang solid yang mencerminkan fokus disiplin kami untuk mendorong pertumbuhan dan profitabilitas yang berkelanjutan. Pendapatan kami untuk kuartal ini meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun ke tahun, sementara kami mengurangi kerugian EBITDA yang disesuaikan sebesar 77% yoy” kata Anthony Tan, Group Chief Executive Officer dan Co-Founder Grab dalam ikhtisar laporan keuangan Q1 2023 Grab.

Iklim bisnis jasa ride hiling memang sedang penuh dengan ketidakpastian di tahun ini. Tak hanya Grab, ekosistem GoTo di Tanah Air juga menghadapi ketidakpastian akibat ekonomi global yang dihadapkan pada kenaikan suku bunga dan inflasi.

Badai PHK juga sempat menghampiri PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Perusahaan jasa ride-hailing dan e commerce hasil merger antara Tokopedia dan Gojek ini memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebanyak 12% atau sekitar 1.300 orang dari total karyawan di semua negara.

Dalam pernyatan resmi manajemen GoTo hari ini Jumat (18/11/2022), langkah ini dilakukan demi  mendorong percepatan kemandirian finansial, sehingga perusahaan dapat terus memberi dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi dan pedagang di ekosistem GoTo.

Sepanjang tahun lalu, GOTO mencatatkan kerugian bersih Rp40,5 triliun. Kerugian ini meningkat 56% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy)  senilai Rp 25,9 triliun.

Pendapatan bersih GOTO mencapai Rp11,3 triliun, meningkat 120% dari tahun sebelumnya (yoy) sebesar Rp5,2 triliun. Namun, jika pendapatan bersih tersebut dikurangi beban pokok pendapatan serta beban penjualan dan pemasaran, maka GOTO membukukan margin kontribusi minus Rp6,33 triiun.

Memasuki 2023, GOTO juga membukukan rugi bersih sebesar Rp3,86 triliun pada kuartal I 2023. Namun, angka ini telah menurun 40,3% dari periode yang sama 2022 sebesar Rp 6,47 triliun.

Mengutip laporan keuangan GOTO pada Kamis (27/4/2023), perusahaan jasa ride hiling ini memperoleh pendapatan bruto Rp5,9 triliun, meningkat 14% dari setahun sebelumnya sebesar Rp5,2 triliun. Sementara pendapatan bersih sebesar Rp 3,3 triliun, naik 123% dari setahun sebelumnya sebesar Rp 1,5 triliun.

Di samping itu, GOTO berhasil membukukan nilai transaksi atau gross transaction value (GTV) senilai Rp 149 triliun, meningkat 6% dibandingkan dengan periode yang sama setahun yang lalu sebesar Rp140 triliun. (ADF)

SHARE