ECONOMICS

Hadapi Perubahan Iklim, Indonesia Jalin Kerjasama Manajemen Air di Asia

Iqbal Dwi Purnama 04/11/2021 10:34 WIB

Menteri Basuki menyampaikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam manajemen air.

Menteri Basuki menyampaikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam manajemen air

IDXChannel - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono menghadiri sesi khusus Asia Water Council (AWC) dihari ketiga pelaksanaan Conference of the Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia.

Dalam paparannya, Menteri Basuki menyampaikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam manajemen air dan bagaimana masalah terkait air, seperti banjir, kekeringan, kenaikan muka air laut semakin serius dengan adanya perubahan iklim dan urbanisasi yang tinggi.

Menteri Basuki berharap Indonesia bisa belajar, bertukar pengalaman dan bekerja sama dengan negara-negara Asia lain dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dalam platform AWC.

"Kita bisa belajar dari negara-negara Asia tentang bagaimana menghadapi tantangan perubahan iklim bersama-sama untuk mengimplementasikan kesepakatan politik yang dinyatakan oleh kepala negara masing-masing," ujar Menteri Basuki, dalam keterangan tertulisnya Kamis (4/11/2021).

Studi terbaru yang dilakukan oleh Indonesia Water Institute menunjukkan konsumsi air bersih selama pandemi COVID-19 meningkat 3 kali lipat dari kondisi normal, dengan total konsumsi air rumah tangga mencapai sekitar 995 hingga 1.415 liter per hari.

Berdasarkan kajian Kementerian PUPR, potensi air permukaan di Indonesia sekitar 2,78 triliun m3. "Namun, seperti halnya negara-negara Asia lainnya, Indonesia menghadapi 3 masalah air, yaitu terlalu banyak, terlalu sedikit, dan terlalu kotor. Masalah-masalah ini saling terkait yang berpotensi menjadi bencana perubahan iklim dan masalah sosial-ekonomi," tutur Menteri Basuki.

Menurutnya air adalah dasar kehidupan dan penghidupan, dan kunci pembangunan berkelanjutan. "Pengelolaan air yang sukses mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG poin ke 6 yakni memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua," sambungnya.

Untuk mencapai target ambisius pembangunan sumber daya air dan air minum, Menteri Basuki mengungkapkan Indonesia masih mengandalkan belanja publik atau APBN, yang tidak akan mencukupi. 

"Oleh karena itu, kesenjangan pembiayaan harus diatasi dengan solusi terintegrasi yang didukung dengan skema pembiayaan baru seperti memobilisasi pembiayaan dari swasta untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan dan memperkuat sistem pembiayaan melalui skema pembiayaan campuran," lanjut menteri Basuki.

Selain itu menurut Menteri Basuki juga perlu adanya rencana pengelolaan aset sesuai dengan berbagai skema kerjasama (APBN/PPP/investasi) dan mengoptimalkan manfaat dari pembangunan infrastruktur dari hulu hingga hilir seperti bendungan multiguna yang dapat menghasilkan pendapatan dengan menyediakan pembangkit listrik tenaga air.

Dalam sesi tersebut menteri Basuki membahas masalah manajemen air bersama dengan Menteri Lingkungan Korea Han Jeoung-ae, Menteri Pengembangan Energi Tenaga Air, Angin, dan Surya Sri Lanka Duminda Dissanayake, Managing Director General Asian Development Bank Woo-Chong Um, President K-Water Jae-Hyeon Park, Presiden International Water Resources Association Gabriel Eckstein, Deputi Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Kamboja, Duta Besar Kerjasama Lingkungan Korea Jung-Wk KIM, dan Utusan Khusus Perubahan Iklim Mongolia Batjargal Zamba. (NDA)

SHARE