ECONOMICS

Harga BBM Naik, Momen Tepat Beralih ke Kendaraan Listrik

Tangguh Yudha/MPI 12/04/2022 15:20 WIB

alasan kenaikan harga BBM Pertamax adalah harga minyak (Crude Palm Oil/CPO) dunia yang mengalami lonjakan luar biasa.

Harga BBM Naik, Momen Tepat Beralih ke Kendaraan Listrik

IDXChannel - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax dari semula Rp9.000 per liter menjadi Rp12.500 per liter sukses membuat para penggunanya beralih ke BBM jenis Pertalite. Hal ini memicu terjadinya kelangkaan Pertalite di sejumlah daerah di Tanah Air, menyusul kelangkaan solar yang sebelumnya sudah lebih dulu terjadi.

Menurut Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, alasan kenaikan harga BBM Pertamax adalah harga minyak (Crude Palm Oil/CPO) dunia yang mengalami lonjakan luar biasa. Padahal, 92 persen dari ongkos produksi BBM adalah harga crude. 
Karena kondisi tersebut, harga produksi BBM pun turut melonjak dengan signifikan, bahkan lonjakannya mencapai hampir dua kali lipat dari biaya produksi tahun sebelumnya.

"Yang membuat BBM itu mahal karena 92% dari ongkos BBM adalah harga crude. Harga crude meningkatnya luar biasa. Tahun lalu, harga CPO hanya di kisaran USD60 per barel, namun sekarang naik hingga USD118 per barel," kata Nicke beberapa waktu lalu.

Nicke mengatakan kenaikan BBM terjadi bukan hanya di Indonesia saja, tapi juga negara lainnya di dunia. Ia pun mengklaim bahwa kenaikan harga BBM di Indonesia termasuk yang termurah di dunia dari sisi harga jual.

Namun demikian, menurut sejumlah pihak kenaikan harga BBM sebenarnya bisa menjadi momentum tepat untuk mempercepat proses transisi ke kendaraan yang menggunakan energi terbarukan, terutama listrik. Momentum ini telah dilalui warga Amerika Serikat.

Mereka sudah mulai beralih ke kendaraan listrik sejak beberapa tahun lalu, meskipun kenaikan harga BBM bukanlah satu-satunya alasan. Tapi kenaikan harga BBM berhasil membuat kendaraan listrik menjadi terlihat lebih menarik.

"Orang-orang membeli mobil listrik karena berbagai alasan. Mereka tidak sepenuhnya bergantung pada harga BBM, tetapi kenaikan harga BBM memperkuat alasan pembelian mobil listrik,” ujar Genevieve Cullen, Presiden Asosiasi Transportasi Kendaraan Listrik (EDTA), dilansir dari VOA News, Senin (11/4/2022).

Di Indonesia sendiri, industri kendaraan listrik sudah mulai memperlihatkan taringnya. Bisa dilihat dari banyaknya kendaraan listrik yang dipajang dan diperjualbelikan di Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2022 yang digelar pada 31 Maret hingga 10 April kemarin.

Untuk kendaraan roda empat saja, ada Hyundai Ioniq 5, DFSK Gelora EV, MG 5 EV, Mitsubishi MiEV, Mitsubishi Outlander PHEV, hingga sederet produk Tesla. Sementara untuk kendaraan roda dua, ada Volta, Gesits, NIU, sampai Energica.

Dari deretan kendaraan listrik tersebut, beberapa di antaranya bahkan sudah dibuat di pabrik lokal. Misalnya Hyundai Ioniq 5 yang diproduksi di Cikarang. Selain itu, pabrikan lain seperti Chery juga mengaku dalam waktu dekat akan mengambil langkah serupa.

“Indonesia merupakan wilayah yang strategis dalam perkembangan ekonomi Asia Tenggara, oleh karenanya kami akan mendirikan pabrik di Indonesia yang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar Indonesia, tetapi juga untuk diekspor ke negara Asia Tenggara lainnya,” jelas Major Qin, Marketing and Product Director PT Chery Motor Indonesia.

Tidak hanya dari pihak produsen, saja, Pemerintah Indonesia juga terus mendorong peralihan ke kendaraan listrik, salah satunya dengan merampungkan regulasi terkait peta jalan kendaraan listrik berbasis baterai listrik yang merupakan turunan Perpres 55/2019.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut dengan migrasi ke kendaraan listrik, diharapkan mampu menekan kebergantungan penggunaan BBM sekaligus menghemat energi. Ia pun menargetkan pada tahun 2025, sebanyak 20% kendaraan sudah berbasis listrik.

"Industri otomotif dalam negeri ditargetkan dapat memproduksi mobil listrik dan bis listrik sebanyak 600 ribu unit pada tahun 2030, sehingga dengan angka tersebut akan dapat mengurangi konsumsi BBM sebesar 3 juta barrel dan menurunkan emisi CO2 sebanyak 1,4 juta Ton," ungkap Menperin dalam pernyataan resminya.

“Pemerintah menargetkan pada tahun 2024 nanti mobil-mobil listrik yang diproduksi di Indonesia sudah menggunakan baterai listrik dan juga komponen-komponen penting lainnya yang diproduksi di negara kita,” tambahnya.

Ekosistem pendukung untuk kendaraan listrik sendiri, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) sudah tersebar di sejumlah daerah di Indonesia, meskipun belum sepenuhnya merata. Di mana hingga Februari 2022, total SPKLU sebanyak 267 unit di 195 lokasi dan akan terus bertambah. (TSA)

SHARE