ECONOMICS

Harga Kakao Meroket, Intip Dampaknya terhadap Konsumen hingga Petani

Maulina Ulfa - Riset 01/04/2024 16:09 WIB

Harga kakao dunia turun dari level tertinggi sepanjang masa (all time high) pada penutupan perdagangan pekan lalu, Kamis (28/3/2024).

Harga Kakao Meroket, Intip Dampaknya terhadap Konsumen hingga Petani. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga kakao dunia turun dari level tertinggi sepanjang masa (all time high) pada penutupan perdagangan pekan lalu, Kamis (28/3/2024). Meski demikian, harga kakao masih dalam tren menguat.

Harga kakao turun 0,78 persen di level USD9.766 per ton setelah pada sesi sebelumnya sempat menyentuh angka USD10.000 per ton.

Harga kakao sedang dalam tren naik ditandai dengan penguatan 51,04 persen secara bulanan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Melansir The Guardian, harga kakao meroket dan menjadikannya lebih berharga dibandingkan dengan beberapa logam mulia dan nilainya tumbuh lebih cepat daripada kenaikan bitcoin.

Harga kakao naik seiring buruknya panen di negara-negara penghasil kakao utama yakni Pantai Gading dan Ghana, menyebabkan kekurangan pasokan.

Konsumen dapat mulai melihat dampak dari melonjaknya harga kakao ketika dunia menghadapi defisit pasokan terburuk dalam beberapa dekade, dimana para petani di Afrika Barat berjuang melawan cuaca buruk, penyakit, dan pohon-pohon yang tumbang.

Harga kakao sepanjang tahun ini sudah naik lebih dari tiga kali lipat atau 129 persen pada tahun 2024.

Melansir Trading View, Gov Capital memprediksi harga kakao dalam satu tahun ke depan akan mencapai USD11.809 per ton.

Sementara, Trading Economics memperkirakan harga kakao akan turun menjadi USD9.165 per metrik ton satu tahun dari sekarang.

Di sisi lain, coklat yang mahal akan membebani permintaan, sehingga berisiko mendorong konsumen untuk membeli lebih sedikit coklat.

Dari sisi konsumsi, Swiss adalah negara dengan jumlah konsumsi coklat terbesar per kapita. Di Swiss, rata-rata orang mengonsumsi sekitar 8,8 kilogram (kg) coklat setiap tahun.

Diketahui Swiss telah mengembangkan reputasi yang kuat di seluruh dunia atas industri coklatnya yang luar biasa. (Lihat grafik di bawah ini.)

Sebut saja, Toblerone, yang merupakan perusahaan Swiss, adalah salah satu perusahaan coklat paling terkenal di dunia.

Siapa yang Diuntungkan?

Harga kakao yang lebih tinggi merupakan hal yang baik dalam jangka panjang bagi petani dengan upah rendah.

Namun sejauh ini, para petani di negara-negara produsen terbesar di dunia juga merupakan pihak yang kehilangan keuntungan penuh dari reli ini.

Hal ini karena pemerintah Pantai Gading dan Ghana menetapkan harga kakao berdasarkan penjualan tahun sebelumnya.

Petani di Pantai Gading menerima 1.000 franc per kilogram, sementara petani di Ghana menerima 20.928 cedi per ton. Kedua angka ini setara dengan USD1.600 per ton.

Bloomberg melaporkan, produsen di Pantai Gading mendorong kenaikan upah untuk panen pertengahan musim yang dimulai pada bulan April, namun regulator industri di negara tersebut telah mengusulkan untuk menjaga harga tetap sama.

Sementara itu, para petani di pasar yang sudah liberal seperti Brazil, Ekuador, Kamerun dan Nigeria meningkatkan produksi mereka untuk memanfaatkan harga yang lebih tinggi.

Brasil dan Kamerun berupaya menggandakan produksi kakao pada akhir dekade ini, sementara Ekuador menargetkan produksi sebesar 800.000 ton pada tahun 2030.

Target ini memungkinkan Ekuador memproduksi kakao melampaui Ghana dan menjadi produsen terbesar kedua di dunia, setelah Pantai Gading.

Namun pohon kakao membutuhkan waktu untuk tumbuh, sehingga diperlukan waktu setidaknya tiga tahun sebelum buah baru dapat berkontribusi terhadap pasokan kakao.

Peraturan Uni Eropa yang melarang perdagangan produk yang terkait dengan deforestasi juga dapat membatasi perluasan areal kakao dan pasokan terbatas di wilayah konsumen coklat terbesar di dunia.

Harga kakao akan tetap tinggi di tengah proyeksi pasokan yang kemungkinan besar tidak akan pulih dengan cepat.

Pemerintah di Pantai Gading dan Ghana juga dapat meningkatkan jumlah pembayaran kepada petani. Untuk mendorong produktivitas, investasi diperlukan untuk pestisida, pupuk, dan tenaga kerja guna meningkatkan hasil panen pada tahun 2025.

Produsen-produsen baru di Amerika Latin dan negara lain juga akan mulai berkontribusi terhadap pasokan global di tahun-tahun mendatang di tengah prospek harga yang tinggi.

CEO produsen coklat terkemuka duni Hershey, Michele Buck, mengatakan dalam wawancara dengan BBC bahwa pihaknya mulai menjalankan strategi menjaga nilai kakao tetap rendah.

 “Kami tidak dapat membicarakan mengenai harga di masa depan, namun mengingat kondisi harga kakao, kami akan menggunakan semua alat yang kami miliki, termasuk penetapan harga, sebagai cara untuk menentukan harga kakao,”kata Michele.

Sementara produsen makanan berbasis coklat, Mondolez, yang juga pemilik brand Cadbury, Oreo, dan Toblerone, juga menaikkan harga coklat hingga 15 persen pada tahun 2023.

“Penetapan harga jelas merupakan komponen kunci dari rencana ini. Kontribusinya akan sedikit lebih kecil dibandingkan yang kita lihat pada tahun 2023, namun lebih tinggi dari rata-rata tahunnya,” kata Kepala keuangan Mondolez, Luca Zaramella.

Mondolez mengindikasikan kemungkinan akan terus melakukan hal tersebut untuk mencapai perkiraan pendapatannya pada tahun ini.

Perusahaan juga menyoroti kenaikan harga gula sebagai salah satu tantangan utama di tahun depan, bersamaan dengan harga kakao. (ADF)

SHARE