ECONOMICS

Harga Kedelai Tinggi, Produsen Tahu dan Tempe Ingin Ajukan Impor Mandiri

Arif Budianto/Kontributor 02/04/2021 14:49 WIB

Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) untuk mengajukan importasi kepada pemerintah mengingat tingginya harga kedelai.

Harga Kedelai Tinggi, Produsen Tahu dan Tempe Ingin Ajukan Impor Mandiri. (Foto: MCN Media)

IDXChannel - Tingginya harga kedelai membuat produsen tahu dan tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) untuk mengajukan importasi kepada pemerintah. Rencana impor kedelai telah disepakati oleh seluruh perwakilan anggota pada Rapat Anggota Tahunan.

"Setelah ini, kami baru akan ajukan kepada pemerintah. Nanti akan kami bicarakan terkait kuota dan lainnya dengan pemerintah," kata Ketua Umum Gakoptindo, Aip Syarifuddin, di Hotel El Royal, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Jumat (2/4/2021).

Hasil komunikasi dengan beberapa kementerian terkait, Aip mengaku sudah mendapat lampu hijau. Terkait rencana ini, kata dia, juga pernah dikomunikasikan secara langsung kepada presiden Joko Widodo. Saat itu, presiden meminta agar kementerian terkait bisa memberi peluang importasi bagi mereka, dengan tetap mengedepankan kedelai lokal.

Menurut Aip, langkah importasi kedelai secara mandiri penting karena selama ini harga kedelai dikuasai importir. Akibatnya pada 2020 lalu, harga kedelai naik dari Rp7.000 menjadi 9.500 per kg. Saat ini, harga kedelai juga masih di kisaran Rp10.000-an.

"Kondisi itu menyebabkan kami melakukan aksi mogok produksi, karena harga terus naik," jelas dia.

Dia berharap, dengan melakukan melakukan impor mandiri, harga kedelai bisa ditekan. Karena alur distribusi bisa diputus, hanya dari koperasi langsung ke produsen tahu dan tempe. Berbeda dengan kondisi saat ini, kedelai dikuasai importir dengan alur distribusi panjang, sehingga harga yang diterima produsen mahal.

Sementara, kebutuhan kedelai untuk para produsen tahu tempe bisa mencapai 3 juta ton per tahun. Sementara kedelai lokal hanya mampu menyediakan sekitar 10 persen. Data 2008, di Indonesia ada 160.000 home industri tahu tempe dengan kapasitas produksi 20 hingga 100 kg per hari.

"Produk kami ini selalu dianggap makanan murahan, jadi kalau mau dinaikkan harganya, agak susah. Padahal hasil lab, gizinya tak kalah dengan daging dan telur. Makanya kami akan bikin rumah tempe untuk menyasar ekspor," beber dia.

Sementara itu, Sekretaris Umum Gakoptindo, Hugo Siswaya, mengatakan, sembari menunggu realisasi importasi pihaknya terpaksa melakukan beberapa langkah agar industri ini tetap jalan. Salah satunya malakukan kenaikan harga.

"Yang bisa kami lakukan yaitu terus edukasi masyarakat, karena kondisi saat ini harga bahan baku memang sedang tinggi," imbuh dia. (TYO)

SHARE