ECONOMICS

Harga Minyak Goreng dan Telur Naik, Warteg Menjerit

Oktorizi Alpino 17/11/2021 13:29 WIB

Para pengusaha warteg mengeluhkan tingginya kenaikan harga minyak goreng dan telur dalam beberapa minggu terakhir ini.

Harga Minyak Goreng dan Telur Naik, Warteg Menjerit (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Para pengusaha warteg mengeluhkan tingginya kenaikan harga minyak goreng dan telur dalam beberapa minggu terakhir ini. Kondisi tersebut makin menggerus penghasilan mereka.

Seperti diungkapkan, Sulastri (40) pemilik warteg di Jalan Drs Sumarno, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur yan mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng dan telur dalam beberapa hari ke belakang. 

Menurut dia, dalam sehari telur yang dihabiskan untuk keperluan warteg saja mencapai dua kilogram. Pasalnya telur merupakan makanan favorit para pelanggannya baik itu disajikan dengan ditumis, semur, sambal balado maupun hanya di dadar saja.

"Sekilo itu sebelum naik Rp19.000, tapi sekarang bisa sampai Rp26.000 satu kilonya,", ujarnya di Jakarta Timur, Rabu (17/11/2021).

Selain harga telur, bahan pokok lainnya yang ikut naik adalah minyak goreng. Bagi Sulastri, minyak goreng sendiri tak kalah penting dengan telur yang menjadi makanan favorit. Pasalnya, minyak goreng merupakan bahan dasar untuk memasak.

"Kita ini kan buka warteg jadi butuh banget minta goreng. Kan kalau mau masak past ada minyak goreng, kalau mau numis, untuk goreng kerupuk, bikin sambal. Pokoknya sama pentingnya kaya telur," ucapnya.

Sementara, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per tanggal 16 November 2021 menyatakan dalam laporan tersebut harga telur di wilayah DKI Jakarta menyentuh angka Rp25.250 per kilogram. Kemudian harga minyak goreng Rp 19.550 per liter.

Masih melansir PIHPS Nasional, harga telur pada 1 Oktober lalu masih diangka Rp 19.350. Artinya, dalam jangka 1 bulan, harga telur di wilayah DKI Jakarta naik sebesar Rp 5.900. Sementara itu, harga minyak goreng pada 1 Oktober lalu masih diangka Rp 17.100. Angka ini mengalami kenaikan sebesar Rp 2.450 per liter. 

Walaupun ada kenaikan, tapi harga makanan yang saya jual gak tak naikin, tetap harga biasa. Soalnya sekarang persaingan dagang kan repot. Kadang ada padang yang Rp 10.000. Yang ada warteg bisa jontos (kalah)," ujarnya. 

Sulastri menuturkan, saat ini, keuntungan yang didapat dari usaha warteg tak menentu. Penurunan omzet itu dirasakannya  sejak musim Corona melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu.

"Keuntungan gak tentu sih, jaman sekarang gak bisa diprediksi. Semenjak ada Pandemi Covid-19, paling hasil jualan cuma bisa muter belanja. Bisa buat makan sehari-hari sudah bagus. Lain sama yang dulu-dulu," tuturnya.

Sulastri berharap agar Pemerintah bisa menyesuaikan harga komoditas pangan dengan pendapatan masyarakat. "Pinginnya ya diturunin lagi, lebih stabil harganya," pungkasnya. (RAMA)

SHARE