ECONOMICS

Harga Minyak Goreng Meroket Pasca Dicabut HET, Emak-emak: Gak Jadi Beli Mahal

Advenia Elisabeth/MPI 18/03/2022 15:34 WIB

Minyak goreng tersusun rapih dengan label harga baru yakni di kisaran Rp 44.750-49.500 per 2 liter (tergantung merek).

Minyak goreng tersusun rapih dengan label harga baru yakni di kisaran Rp 44.750-49.500 per 2 liter. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah menetapkan harga minyak goreng kemasan sesuai dengan harga keekonomian dan mencabut harga eceran tertinggi (HET). Pasca ditetapkannya kebijakan tersebut, minyak goreng kemasan penuh di rak penyimpanan ritel moden. 

Berdasarkan pantauan MNC Portal di Naga Swalayan, Tambun Bekasi hari ini, Jumat (18/3/2022). Minyak goreng tersusun rapih dengan label harga baru yakni di kisaran Rp 44.750-49.500 per 2 liter (tergantung merek). 

Untuk merek Bimoli ukuran 3 liter dijual seharga Rp 49.500, Sunco Rp 46.900, Kunci Mas Rp 44.750, dan Tropical Rp 47.500. 

Yang berbeda dari situasi saat ini di mana harga minyak goreng disesuaikan dengan harga keekonomiannya, justru rak penyimpanan dijauhi oleh ibu-ibu. Padahal dulu saat minyak goreng ditetapkan HET, rak penyimpanan minyak goreng diserbu bahkan sampai antre. 

Salah satu pembeli yang bertolak dari rak penyimpanan minyak goreng adalah Sofia (52). Kepada MNC Portal ia mengaku tak jadi membeli minyak goreng lantaran harganya yang mahal diluar perkiraannya. 

"Nggak jadi. Mahal, nggak sesuai. Biasanya saya beli Sunco, Bimoli, Kunci Mas. Kemarin saya kesini harganya sekitaran Rp 39.000 (ukuran 2 liter), sekarang udah Rp 44.700," ujarnya saat dihampiri MNC Portal. 

Sofia bercerita, sebelum dia datang ke ritel ini, dia sudah berencana akan membeli beberapa item untuk keperluan berdagang. Namun sayangnya, ketika melihat harga yang melonjak, dia mengurungkan niat membeli. 

"Saya kira harganya masih sama. Makaya saya bilang sama temen saya 'ayo kita kejar', eh malah mahal," ucapnya. 

Pemerintah mencabut kebijakan HET karena dari hasil evaluasi semenjak ada HET minyak goreng susah didapatkan masyarakat. Maka dari itu dicabutlah aturan tersebut dan membebaskan para produsen menjual minyak sesuai harga keekonomiannya.

Menurut Sofia, lebih baik seperti itu. Karena dari pengalamannya, saat pemerintah menetapkan HET minyak goreng, stok di ritel susah di dapat. Kebanyakan ritel kosong stok. Namun saat kebijakan dicabut, minyak goreng justru melimpah. 

"Kalau saya pribadi mending begini, barangnya ada. Mahal nggak papa. Tapi jangan mahal banget. Kalau kemarin pas harganya Rp 28.000, susah dapetnya. Udah ngantre jam 6 pagi besok jam 6 pagi lagi. Tetap aja nggak dapet," ungkapnya. 

Sementara itu, terkait kebijakan pemerintah yang baru yakni memberikan subsidi minyak goreng curah seharga Rp 14.000 per liter, Sofia menilai itu langkah yang baik untuk membantu masyarakat kelas bawah. Meningat kondisi ekonomi masyarakat tengah gonjang ganjing ditengah pandemi dan tingginya harga-harga komoditas lainnya. 

"Itu sudah bagus. Kan jadi bisa dimanfaatkan sama pedagang kaki lima, kasian. Kalau untuk orang kelas menengah ke atas, mereka kan bisa beli yang kemasan. Itu pun nggak seberapa mereka butuhnya. Kalau pedagang kaki lima pasti kan butuhnya banyak jadi dengan minyak curah yang disubsidi bisa membantu mereka," tutupnya. (TIA)

SHARE