ECONOMICS

Harga Sembako Naik, KSP: Kurangi Konsumsi Produk Impor

Arie Dwi Satrio 06/03/2022 15:09 WIB

Beberapa waktu belakangan ini harga barang-barang kebutuhan pokok, mulai dari Elpiji, minyak goreng, daging sapi, BBM dan banyak lagi.

Harga Sembako Naik, KSP: Kurangi Konsumsi Produk Impor (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Beberapa waktu belakangan ini harga barang-barang kebutuhan pokok, mulai dari Elpiji, minyak goreng, daging sapi, BBM dan banyak lagi. yang sebagian besar juga dipasok dari impor.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono merespon soal kenaikan sejumlah harga barang dalam beberapa waktu belakangan ini. Kenaikan itu disebabkan ketidakpastian ekonomi global.

Edy menekankan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengingatkan sejak dini potensi kenaikan sejumlah harga barang tersebut. Hal itu, kata Edy perlu disikapi dengan bijak dan tidak perlu memunculkan kekhawatiran secara berlebihan.

Oleh karenanya, Edy meminta agar kenaikan harga barang itu dijadikan momentum bagi semua pihak untuk mulai menguatkan produksi dalam negeri dan mengurangi konsumsi barang-barang impor.

"Apa yang disampaikan bapak Presiden mengandung satu pesan kunci, yakni kita harus berani berubah dan berani mengubah," tegas Edy Priyono melalui keterangan resminya, Minggu (6/3/2022).

Menurut Edy, ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, ditambah munculnya konflik Rusia-Ukraina, berimplikasi pada produksi dan konsumsi. 

Di sisi konsumsi, ungkap Edy, masih ada ketergantungan terhadap barang-barang impor, seperti LPG, kedelai, dan gandum, yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga. Dalam jangka pendek, pemerintah tidak punya banyak pilihan, yakni tetap mempertahankan harga agar tidak naik dan stabil, dengan memberikan subsidi. 

Ia mencontohkan LPG subsidi 3 kilogram yang porsi konsumsinya mencapai 93 persen. Meskipun tren harga kontrak Aramco (CPA) mengalami kenaikan sebesar 21 persen dari rata-rata CPA akibat konflik Rusia-Ukraina, namun pemerintah  tidak menaikkan harga LPG subsidi dan tetap mengacu pada Harga Eceran Tertinggi (HET).

"Pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 11 ribu per kilogram sehingga masyarakat dapat membeli LPG subsidi 3 kilogram dengan harga yang terjangkau," kata Edy.

"Kalau kondisi ini berlangsung lama tentu akan memberatkan keuangan negara. Karena itu, solusi jangka panjangnya kita harus mendorong produksi dalam negeri agar ketergantungan pada barang impor bisa dikurangi. Salah satunya dengan mendorong penggunaan DME yang bahan bakunya batubara," jelasnya. 

Edy juga menghimbau, agar masyarakat ikut andil dalam pengurangan konsumsi barang-barang kebutuhan impor. Seperti gandum yang mernjadi bahan baku roti dan mie. Ia menilai, sudah saatnya masyarakat bergeser ke produk karbohidrat lain, yang merupakan produk dalam negeri.

"Singkong, ubi, porang, itukan penghasil karbohidrat yang bisa kita hasilkan sendiri. Tentu tidak mudah mengubah pola konsumsi. Tapi kita mesti mengarah ke sana," imbau Edy.

Sekadar informasi, beberapa pekan terakhir sejumlah harga bahan pokok meningkat. Kenaikan dipicu oleh beberapa faktor seperti antisipasi tingginya permintaan, dan konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga komoditas global meningkat.

Beberapa kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga diantaranya, LPG non Subsidi, BBM non subsidi, kedelai, dan daging sapi.  (RAMA)

SHARE