ECONOMICS

Imbas Kemarau Basah, Produksi Petani Cengkeh di KBB Anjlok hingga 40 Persen

Adi Haryanto 06/08/2022 21:45 WIB

Penyebab utamanya hujan di musim kemarau yang menyebabkan bunga cengkeh rontok sebelum siap dipanen. 

Panen cengkeh berkurang akibat kemarau basah. Foto: MNC Media

IDXChannel - Musim kemarau basah atau masih terjadinya hujan di tengah kekeringan membuat hasil panen cengkeh di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengalami penurunan.

"Kalau sekarang disebutnya kemarau basah, jadi masih ada hujan. Imbasnya produksi cengkeh jadi tidak maksimal," kata salah seorang pengepul cengkeh di Bojongkoneng, Deden Kurniawan, Sabtu (6/8/2022). 

Menurutnya, jika dibandingkan dengan panen 2021, produktivitas sentra cengkeh saat ini di Desa Bojongkoneng anjlok hingga 40%. Penyebab utamanya hujan di musim kemarau yang menyebabkan bunga cengkeh rontok sebelum siap dipanen. 

Masih adanya hujan menyebabkan penjualan cengkeh kering jadi mundur akibat waktu penjemuran yang jadi lebih panjang. Apalagi panen tahun ini merupakan siklus dua tahunan, penurunan produktivitas dari pohon cengkeh. 

"Ini periode tahun kedua, biasanya panen turun, lalu naek lagi di tahun berikutnya. Siklusnya seperti itu," papar dia. 

Selain itu, cuaca tidak menentu juga turut menyebabkan waktu panen menjadi mundur dan tidak serempak. Biasanya musim panen berbarengan di bulan Juli, tapi sekarang ada pohon yang justru baru muncul bunga tapi yang lain ada yang sudah siap panen. 

Imbas dari penurunan hasil panen menyebabkan harga cengkeh menjadi melambung tinggi. Saat ini harga cengkeh menginjak angka Rp127 ribu per kilogram. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya Rp80 ribu per kilogram. 

Disebutkan, kenaikan itu tidak langsung menguntungkan petani. 

"Harga jual naik, tapi kan produktivitasnya juga menurun, jadi ya sama aja, tidak ada kenaikan keuntungan yang dirasakan petani," keluhnya.

SHARE