ECONOMICS

IMF Ingatkan Penurunan Ekonomi China Jadi Ancaman bagi Asia

Nia Deviyana 05/12/2022 18:16 WIB

Para pejabat diminta menyiapkan pondasi ekonomi negara masing-masing untuk menghadapi ancaman ekonomi di masa depan.

IMF Ingatkan Penurunan Ekonomi China Jadi Ancaman bagi Asia. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva, mengatakan lonjakan inflasi dan melambatnya ekonomi China menjadi risiko bagi ekonomi di Asia. 

Kristalina meminta para pejabat menyiapkan pondasi ekonomi negara masing-masing untuk menghadapi ancaman ekonomi di masa depan.

Presiden Asian Development Bank, Masatsugu Asakawa, mendesak pemimpin di Asia untuk berhati-hati terhadap tanda-tanda arus keluar modal secara tiba-tiba yang disebabkan oleh kebijakan naiknya suku bunga Amerika Serikat (AS).

"Kami sudah melihat risiko pengetatan agresif kebijakan moneter AS untuk melawan inflasi, yang dapat memicu pembalikan aliran modal secara tiba-tiba atau depresiasi mata uang yang tajam," kata Asakawa melalui pesan video yang disiarkan di forum ASEAN+3 yang diselenggarakan di Singapura, dilansir Reuters, Senin (5/12/2022). 

Kristalina mengungkapkan ekonomi Asia Tenggara (ASEAN) dapat menjadi titik terang bagi dunia dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 5% pada 2022 dan akan sedikit menurun pada 2023.

Meskipun begitu, ia juga memperingatkan hal tersebut bukan merupakan sebuah kepastian, karena perekonomian dunia saat ini penuh risiko, seperti risiko yang disebabkan oleh konflik Rusia – Ukraina, perlambatan ekonomi China, serta pengetatan keuangan global.

"Tantangan global lain yang mendesak adalah inflasi. Diperkirakan rata-rata hanya 4% di Asia tahun ini. Tapi tekanan inflasi di kawasan meningkat," kata Kristalina.

"Kami tidak tahu berapa lama kejutan ini akan berlangsung dan apakah kejutan lain akan datang. Tapi kami perlu membangun kembali dan mempertahankan penyangga dan bersiap untuk menggunakan perangkat kebijakan kami sepenuhnya," papar dia.

Kebijakan nol Covid di China telah menyebabkan menurunnya aktivitas pasar domestik sehingga mengganggu rantai pasokan untuk perusahaan di seluruh dunia dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Dampak dari melambatnya ekonomi di China berdampak terhadap menurunnya aktivias pabrik di seluruh Asia pada November.

Untuk menghadapi masalah tersebut, beberapa negara berkembang di Asia memutuskan untuk menaikkan suku bunga untuk memerangi arus keluar modal yang disebabkan oleh kenaikan suku bunga AS.

Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda, mengatakan bahwa ia tidak melihat risiko yang signifikan mengenai krisis keuangan yang sedang dialami oleh Asia.

Tetapi dia memperingatkan agar tidak berpuas diri karena beberapa negara Asia melihat buffer kebijakan mereka berkurang, setelah mengerahkan banyak dana untuk melawan pandemi Covid-19.

"Seperti yang ditunjukkan oleh gejolak pasar baru-baru ini di Inggris, reaksi pelaku pasar terhadap keputusan kebijakan dan pengumuman dapat berdampak signifikan pada harga aset," kata Kuroda.

Ia juga mengatakan bahwa pembuat kebijakan ASEAN harus waspada terhadap risiko dan menawarkan komunikasi yang jelas, memadai, dan tepat waktu untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan. (NIA)

Penulis: Ahmad Dwiantoro

SHARE