ECONOMICS

Impor Beras Satu Juta Ton, Faisal Basri: Jangan Ulangi Kesalahan di 2018

Rista Rama Dhany 16/03/2021 05:35 WIB

Pemerintah bersikukuh dengan rencana impor beras sebanyak satu juta ton tahun ini.

Impor Beras Satu Juta Ton, Faisal Basri: Jangan Ulangi Kesalahan di 2018 (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah bersikukuh dengan rencana impor beras sebanyak satu juta ton tahun ini. Salah satu alasannya untuk menjaga stok beras menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Namun, keputusan ini hanya akan mengulangi kesalahan impor beras pada 2018.

Ekonom Senior Universitas Indonesia, Faisal Basri mengungkapkan, rencana impor beras pemerintah tahun ini hanya akan mengulangi kesalahan kebijakan impor beras pada 2018. 

Dengan tingkat produksi beras pada saat itu tidak terlalu buruk, namun terjadi lonjakan impor sepanjang 2018 dengan total 2,3 juta ton. Hal ini mengakibatkan stok yang dikuasasi pemerintah untuk beras subsidi (PSO) atau Cadangan Beras Pemerintah (CBP) naik hampir 4 juta ton.

“Beras PSO/CBP naik hampir 4 juta ton, sedangkan penyaluran beras anjlok dari 2,7 juta ton menjadi 1,9 juta ton. Akibatnya, stok beras melonjak lebih dua kali lipat dari 0,9 juta ton di akhir 2017 menjadi 2 juta ton pada akhir 2018,” ungkap Faisal dalam situsnya faisalbasri.com seperti dikutip, Selasa (16/3/2021).

Faisal mengungkapkan lagi, akibat stok beras yang berlimpah sebanyak 2 juta ton tersebut, Bulog dibuat kewalahan mengelola stok sebanyak itu.

“Akibatnya, kualitas beras yang dikelola merosot, bahkan ada yang menjadi tidak layak konsumsi. Ongkos ‘uang mati’ pun tentu saja meningkat. Yang lebih mendasar lagi, kemampuan Bulog menyerap beras dari petani menjadi terbatas,” ungkap Faisal.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan, langkah pemerintah melakukan impor beras bertujuan untuk menstabilkan harga beras, bukan untuk menghancurkan harga gabah dan beras di tingkat petani.

“Kalau stok bagus tapi harga terus naik, maka diperlukan intervensi dari pemerintah untuk menstabilkan harga,” kata Lufti  dalam konferensi persnya kemarin. (RAMA)

SHARE