ECONOMICS

INDEF: Pemerintah Belum Tegas Atur Kewajiban Transfer Teknologi

Iqbal Dwi Purnama 21/02/2023 14:27 WIB

Saat ini belum ada kebijakan maupun implementasi dalam penegasan terhadap investor asing untuk melakukan transfer teknologi ke dalam negeri.

INDEF: Pemerintah Belum Tegas Atur Kewajiban Transfer Teknologi. (Foto: MNC Media))

IDXChannel - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didin Damanhuri menilai saat ini belum ada kebijakan maupun implementasi dalam penegasan terhadap investor asing untuk melakukan transfer teknologi ke dalam negeri.

Terutama Didin menyoroti pada industri manufaktur, otomotif dan elektronik. Para pemilik brand hanya memanfaatkan pasar Indonesia untuk berjualan, nilai tambah hanya ada untuk menyerap tenaga kerjanya saja.

Sedangkan untuk memaksa perusahaan besar tersebut untuk melakukan transfer teknologi, manajerial hingga permodalan, pemerintah belum tegas ke arah sana.

"Sampai hari ini secara makro, industri otomotif atau elektronik ini, dari sisi teknologi kita masih sangat rendah yang kita kuasai, patennya masih dikuasai oleh negara perusahaan asal, seperti jepang, Korea, China," kata Didin, Selasa (21/2/2023).

Padahal menurutnya, transfer teknologi merupakan modal awal untuk Indonesia melakukan industrialisasi, dan Indonesia bisa memiliki brand sendiri untuk memproduksi barang-barang yang saat ini diproduksi oleh perusahaan asing.

"Ini bisa dipertimbangkan sebagai transisi, syukur syukur ada kecerdasan seperti China, China itu mengapa berani dengan industri otomotif dan elektronik, karena punya UU yang memaksa industri asing dipaksakan Transfer teknologi, manajerial, bahkan modal," kata Didin.

Contohnya, dari sisi elektronik beberapa brand Hp asal China kini sudah banyak dan mampu bersaing dengan brand Jepang di pasar Indonesia. Dari dunia otomotif, mobil Wuling dan DFSK mulai menjadi kompetitor di pasar Indonesia. 

Belum lagi Korea dengan brand Hyundai-nya juga turut meramaikan pasar Indonesia. Jepang sebagai raja otomotif di Indonesia pun kini kebanjiran kompetitor dari dua negara tersebut yang masif melakukan ekspansi di Indonesia.

Bahkan brand Lokal ESEMKA, untuk pengadaan mobil listriknya saat ini masih dengan metode produksi CBU atau di kirim langsung dalam bentuk utuh mobil listrik dari China.

"Kekuatan (ketegasan) itu sekarang kita lemah sekali, sebut saja yang terbaru misalnya industri otomotif listrik, kita paling besar pertambangan nikel, tetapi belum apa-apa China sudah cepat masuk di Morowali," kata Didin.

Fenomena tersebut yang menjadi dasar ekonom senior INDEF itu menilai pemerintah masih kurang tegas untuk menekan perusahaan asing untuk melakukan transfer teknologi. Masuk ke Indonesia untuk memanfaatkan pasar yang besar.

"Karena penegakan hukum kita masih lemah, apalagi daya paksa kita terhadap para pemilik industri dari negara yang sudah mapan, daya paksa kita masih jauh dibandingkan China untuk transfer teknologi," pungkasnya.


(SLF)

SHARE