ECONOMICS

Indonesia Kuasai Cadangan Nikel Dunia, Intip Strategi Hilirisasi Pemerintah

Maulina Ulfa - Riset 12/06/2023 14:42 WIB

Pemerintah mempertegas ambisi hilirisasi komoditas unggulan sumber daya alam (SDA) Indonesia, salah satunya adalah nikel.

Indonesia Kuasai Cadangan Nikel Dunia, Intip Strategi Hilirisasi Pemerintah. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pemerintah mempertegas ambisi hilirisasi komoditas unggulan sumber daya alam (SDA) Indonesia, salah satunya adalah nikel.

Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Posisi cadangan nikel Indonesia setara dengan Australia sebesar 22% dari total cadangan dunia.

Di masa depan, nikel RI diyakini berperan penting dalam penyediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan nikel dunia. (Lihat chart di bawah ini.)

Sumber daya nikel di Indonesia tercatat 17,68 miliar ton sementara cadangannya tercatat sebesar 5,2 miliar ton. Cadangan nikel RI ini sebagian besar tersebar di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. 

Saat ini, nikel menjadi fokus utama pemerintah dalam menggenjot hilirisasi sektor ini.

Untuk mendukung hilirisasi nikel, pemerintah gencar mendorong pembangunan smelter atau pabrik pemurnian dan pengolahan nikel.

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah akan membatasi pembangunan smelter kelas dua yaitu untuk produk Nickel Pig Iron (NPI) dan Fero Nikel (FeNi).

Ini dilakukan salah satunya karena mempertimbangkan ketersediaan cadangan nikel di Indonesia.

Dalam diskusi Peningkatan Kapasitas Media Sektor Minerba, Rabu (8/3/2023), Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy Arif mengatakan pembahasan terkait rencana pembatasan smelter nikel kelas dua sudah dilakukan antar Kementerian.

Menurut Irwandy, untuk menjadi produk NPI akan membutuhkan bijih nikel sebanyak 160 juta ton. Jika smelter kelas dua beroperasi, kebutuhan bijih nikel sebagai bahan baku akan mencapai kurang lebih 450 juta ton.

"Akibatnya, bisa bayangkan bagaimana cadangan cepat habis kalau eksplorasi dan penemuan baru tidak ada," kata Irwandy.

Data ESDM mencatat, produksi NPI sepanjang 2022 telah mencapai 4,93 juta MT per tahun dan 2,53 juta MT untuk produksi FeNi. Adapun untuk hilirisasi NPI dan FeNi mencapai 7,34 juta MT. (Lihat grafik di bawah ini.)

Data ESDM juga mencatat, pemerintah saat ini telah memiliki 5 smelter eksisting dan 2 smelter rencana untuk pengolahan nikel.

Ke lima smelter itu dioperasikan oleh PT Antam Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia (INCO), PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara, PT Wanatiara Persada, dan PT Weda Bay Nickel.

Terdapat dua proyek smelter yang belum selesai di antaranya smelter feronikel Halmahera Timur milik ANTM dan smelter besi milik PT Sebuku Iron Lateritic Ores.

Dalam hal ini, pemerintah juga mempercepat peningkatan, optimalisasi dan efisiensi industri pengolahan dan pemurnian khususnya di sektor nikel.

Menurut Kementerian ESDM, saat ini yang diperlukan oleh sektor nikel RI adalah pembangunan Smelter Hidrometalurgi yang menghasilkan produk untuk bahan baku baterai listrik.

Di antara strategi untuk mewujudkan tujuan ini adalah percepatan pembangunan pabrik hidrometalurgi dan pengembangan pabrik NiSO4 baik dari jalur hidrometalurgi maupun pirometalurgi.

Selanjutnya, pemerintah juga akan memaksimalkan Pemanfaatan Sisa Hasil Pengolahan dan Pemurnian (SHPP) proses pirometalurgi (Slag, Asam Sulfat) maupun hidrometalurgi (Logam Tanah Jarang (LTJ) dan endapan besi).

Pemerintah juga mendorong penguasaan teknologi termasuk Engineering, Procurement, and Construction (EPC) pabrik.

Diperlukan juga pengembangan pasar dan industri domestik Stainless Steel untuk menyerap Produk NPI dan FeNi.

Selain itu, penting untuk meningkatkan eksplorasi untuk cadangan Nikel khususnya Saprolite Ore. (ADF)

SHARE