Indonesia Masih Tergantung Pasokan Daging Impor, Ini Sebabnya
kurangnya informasi pasar telah menghalangi peternak untuk melihat peluang melakukan negosiasi harga yang lebih baik.
IDXChannel - Di tengah maraknya penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di sejumlah hewan ternak sapi, sebagian pihak juga mulai menyoroti bahwa hingga saat ini Indonesia masih sangat tergantung pada pasokan daging sapi dari luar negeri, terutama didominasi oleh Australia.
Padahal sebenarnya Indonesia memiliki potensi dan peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan daging dari pasar domestik. Caranya adalah dengan mengoptimalkan produktivitas sapi nasional.
"(Indonesia) Masih bergantungd ari impor. Itu kenapa kita perlu segera mengoptimalkan produktivitas sapi nasional. Namun kadang terkadang masih terkendala oleh beberapa hal," ujar Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta, dalam keterangan resminya, Sabtu (9/7/2022).
Menurut Aditya, ada beberapa faktor yang memengaruhi ketersediaan sapi dalam negeri, seperti industri pembibitan sapi yang terbatas, rantai distribusi yang panjang, dan transportasi dan logistik berbiaya tinggi karena karakteristik negara kepulauan yang besar.
Guna mengatasi hal tersebut, Aditya menyebut ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sapi nasional. Untuk sektor sapi perah, misalnya, diperlukan perubahan fokus kebijakan peternakan sapi dari peningkatan populasi sapi menjadi peningkatan produktivitas susu.
"Lebih banyak ternak itu artinya lebih banyak lahan yang digunakan untuk pakan, padahal keterbatasan lahan sudah menjadi tantangan utama ketersediaan pangan nasional," ttutur Aditya.
Selanjutnya, pemerintah dapat memfasilitasi akses peternak kepada teknologi. Misalnya, Kementerian Pertanian, dengan dukungan program peningkatan kapasitas dari LSM, swasta, dan donor, dapat memfasilitasi arus informasi pasar yang berkelanjutan antara petani, koperasi, dan perusahaan.
Sebab, menurut dia, kurangnya informasi pasar telah menghalangi peternak untuk melihat peluang melakukan negosiasi harga yang lebih baik. Lalu, lanjut Aditya, pemerintah juga harus memastikan industri peternakan yang kompetitif dengan menghilangkan hambatan perdagangan dan investasi, seperti persyaratan modal minimum untuk investasi baru untuk mengundang lebih banyak investor ke pasar.
"Dengan lebih banyak perusahaan pengolahan sebagai pembeli potensial, peternak dapat menegosiasikan harga yang lebih baik," tegas Aditya.
Berikutnya, Aditya menyebut bahwa pemerintah juga perlu mendorong transfer teknologi melalui kemitraan antara peternak dan perusahaan. Kerjasama kemitraan dapat membuka akses peternak kepada pasar dan meningkatkan kualitas, karena adanya kewajiban untuk menghasilkan daging, susu, atau produk turunannya sesuai standar.
"Terakhir, pemerintah juga perlu memastikan ketersediaan pakan sapi berkualitas yang dapat diakses dengan harga terjangkau oleh peternak," tutupnya. (TSA)