Indonesia Punya Potensi Kembangkan Ekonomi Digital, Ini Penjelasannya
Google memprediksi transaksi digital di Indonesia mencapai USD130 miliar pada 2025 disebabkan infrastruktur yang mumpuni.
IDXChannel - Google memprediksi transaksi digital di Indonesia mencapai USD130 miliar pada 2025 disebabkan infrastruktur yang mumpuni.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, potensi tersebut menjadi jalan bagi Indonesia dalam mengembangkan ekonomi digital.
“Kita adalah negara dengan pengguna handphone paling banyak di Asia Tenggara. Infrastruktur digital yang dimiliki oleh masyarakat ini kemudian membuat Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi digital terbesar,” ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad kepada MNC Portal di Jakarta, Senin (20/2/2023)
Dilansir melalui Newzoo, Indonesia berada pada posisi ke-4 sebagai negara dengan pengguna handphone terbesar di dunia, paling tinggi di antara negara di Asia Tenggara. Dalam data tersebut, pengguna handphone di Indonesia adalah 187.7 juta dari 275.5 juta penduduk dengan tingkat penetrasi yang mencapai 68,1%.
Tauhid mengatakan faktor kedua adalah transisi preferensi masyarakat kepada produk digital.Menurutnya, masyarakat Indonesia sekarang disuguhkan oleh berbagai produk ekonomi digital, seperti Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS), dompet digital dan produk lainnya.
Menariknya, produk - produk ini didesain sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga masyarakat bisa dengan mudah mengaksesnya. Ketersediaan produk digital tersebut pun membuat adanya transisi preferensi masyarakat. Tauhid menilai banyak masyarakat mulai meninggalkan metode konvensional dalam pembayaran, pembelian atau transaksi keuangan lainnya.
“Dengan jumlah penduduk yang besar, konsumen yang besar, infrastruktur sudah ada, tinggal mungkin distribusinya yang belum merata,” pungkasnya.
Menurut Tauhid, sektor-sektor digital yang akan berkembang pesat adalah transaksi digital (e-commerce) dan teknologi pembayaran (fintech). Hal ini terjadi karena kedua sektor tersebut sesuai dengan kebutuhan harian masyarakat di Indonesia.
(DES)