ECONOMICS

Industri Global Perlahan Beralih Gunakan Energi Hijau, Bahlil: Sudah Mulai Insaf Bertahap

Atikah Umiyani 26/09/2024 15:01 WIB

Kementerian ESDM tengah berusaha meningkatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam industri pemurnian mineral (smelter).

Industri Global Perlahan Beralih Gunakan Energi Hijau, Bahlil: Sudah Mulai Insaf Bertahap. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah berusaha meningkatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam industri pemurnian mineral (smelter). Upaya tersebut juga merupakan bagian dalam membidik target ambisius mengurangi emisi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, telah terjadi pergeseran pandangan industri global yang kini sudah bergeser ke arah yang lebih hijau.

"Dalam industri dan pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia sudah mulai insaf bertahap. Karena dulu kita berpikir tentang mencari uang dengan cepat tanpa memperhatikan proses lingkungan dengan baik," ujar Bahlil dikutip dari keterangan resmi, pada Kamis (26/9/2024).

Sejalan dengan paradigma global tersebut, tutur Bahlil, pemerintah akan membuat peraturan untuk memanfaatkan EBT di dalam industri-industri smelter secara bertahap dan perlahan, yang sebelumnya menggunakan batu bara sebagai sumber energi listriknya.

"Di Weda Bay itu membangun industri hilirisasi dari bahan baku nikel. Sekarang dia sudah punya lebih kurang lebih sekitar 8-10 gigawatt, artinya 8-10 ribu megawatt," kata dia.

Bahlil mengaku sudah berdiskusi dengan pemilik smelter Weda Bay. Mulai 2025 mendatang, pengolahan nikel di sana akan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lahan bekas tambang, dengan target lima tahun selanjutnya pemanfaatan EBT sudah di atas 50 persen.

"Puncaknya nanti di tahun 2030 minimal 60-70 persen mereka sudah bisa melakukan konversi memakai energi baru terbarukan," ujarnya.

Selanjutnya, Bahlil mengatakan, smelter-smelter yang produk turunannya hanya sampai dengan Nickel Iron Pig (NPI) akan diberikan persyaratan sudah harus memakai EBT, atau setidaknya menggunakan energi berbasis gas bumi, meski memiliki investasi yang lebih mahal.

"Tetapi, mahalnya capex untuk melakukan investasi terhadap power plant yang berorientasi pada EBT itu ditutupi dengan harga produk yang memang harganya lebih mahal ketimbang produk yang dihasilkan dari energi batu bara atau fosil. Jadi kalau dihitung secara ekonomi, itu no issue," kata Bahlil.

(Dhera Arizona)

SHARE