Industri Makanan dan Minuman Menanti Berkah Lebaran 2024
Sebagian masyarakat Indonesia diprediksi akan memasuki puncak perayaan hari raya Idul Fitri pada esok hari, Rabu (10/4/2024).
IDXChannel - Sebagian masyarakat Indonesia diprediksi akan memasuki puncak perayaan hari raya Idul Fitri pada esok hari, Rabu (10/4/2024).
Salah satu kebiasaan masyarakat dalam menjelang hari raya Lebaran adalah konsumsi makanan dan minuman kemasan, baik untuk suguhan maupun hantaran bagi kerabat tercinta.
Industri makanan dan minuman (mamin) di Tanah Air adalah salah satu sektor yang menyediakan kebutuhan masyarakat akan makanan dan minuman ringan jelang perayaan hari raya.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan, industri makanan dan minuman (mamin) merupakan sektor strategis dalam menopang pertumbuhan perekonomian Indonesia.
“Industri mamin (makanan dan minuman) sebagai sektor strategis yang memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Putu dilansir Antara, Sabtu (2/3/2024).
Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) meramal peningkatan permintaan mamin dapat mencapai 30 persen pada Ramadan 2024.
“Pesanan dari ritel untuk produk makanan dan minuman telah meningkat sebulan sebelumnya. kami harapkan Ramadan kali ini bisa tumbuh lebih," ujar Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman melansir Bisnis, Senin (11/3/2024).
Gapmmi juga memproyeksikan industri makanan dan minuman (mamin) nasional naik 7 persen sepanjang tahun ini. Sebab, hal ini didorong salah satunya oleh pertumbuhan kelas menengah atau sekitar 53 juta jiwa.
Bangkit dari Pandemi
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB) industri mamin sepanjang 2023 bertumbuh 4,47 persen secara tahunan. Angka ini terpantau menurun dibanding tahun sebelumnya. (Lihat grafik di bawah ini.)
Pada 2022, PDB industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 4,90 persen dengan kontribusi sebesar 38,35 persen atau yang terbesar terhadap PDB industri pengolahan non-migas.
Industri mamin di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun 2020 ke 2021 sebesar 2,54 persen menjadi Rp775,1 triliun.
Mengingat, industri ini juga sangat terpukul karena adanya pandemi Covid-19. Industri mamin pada Q4 2020 hanya bertumbuh 1,66 persen
Namun, bukan berarti industri ini bebas dari tantangan bisnis. Melansir laman Sekretariat Negara, ditinjau dari sisi lapangan usaha, beberapa sektor ekonomi utama mencatat perlambatan pertumbuhan pada 2023, di antaranya sektor makanan dan minuman alias food and beverage (F&B).
Pertumbuhan sektor F&B melambat menjadi 7,9 persen (yoy) di Q4 2023 dari 10,9 persen (yoy) di Q3 2023 dan sektor industri pengolahan tumbuh melambat menjadi 4,1 persen (yoy) di Q4 2023 dari 5,2 persen (yoy) di Q3 2023 yang disebabkan melemahnya permintaan global untuk produk ekspor industri.
Kini, masyarakat juga dihadapkan pada kenyataan mahalnya harga pangan dan transportasi yang bisa mengikis daya beli termasuk sektor mamin.
Ini terlihat dari kepercayaan konsumen Indonesia turun menjadi 123,1 pada bulan Februari 2024 dari level tertinggi dalam lima bulan di bulan Januari sebesar 125,0 di tengah meningkatnya inflasi.
Angka tersebut merupakan angka terendah sejak September lalu, karena tiga dari enam sub-indeks memburuk, yaitu ekspektasi terhadap kondisi perekonomian negara saat ini (turun 4,7 poin menjadi 110,9), ekspektasi pendapatan terhadap pendapatan saat ini (turun 4,4 poin menjadi 112,1), dan ketersediaan lapangan kerja dibandingkan enam bulan lalu (turun 8,3 menjadi 110,1).
(YNA)