ECONOMICS

Industri Penerbangan Diprediksi Hadapi Backlog pada 2025

Iqbal Dwi Purnama 04/01/2025 17:05 WIB

Industri penerbangan menghadapi backlog antara permintaan jasa penerbangan dengan ketersediaan armada pada 2025.

Industri Penerbangan Diprediksi Hadapi Backlog pada 2025 (FOTO:MNC Media)


IDXChannel - Pengamat Penerbangan sekaligus Analis Independen Bisnis Penerbangan Nasional Gatot Rahardjo memproyeksikan industri penerbangan menghadapi backlog antara permintaan jasa penerbangan dengan ketersediaan armada pada 2025.

Gatot menjelaskan hal ini tidak lepas dari dampak pandemi Covid yang melanda beberapa waktu silam dan membuat banyak industri penerbangan terpuruk. Baik produsen pesawat hingga pabrikan spare part pesawat.

"(Industri penerbangan) itu bayangan saya adanya backlog, ketersendatan pengiriman, jadi pabrik pesawat maupun sparepart, kemarin terimbas covid 19, banyak yang kurangi produksi dan tenaga kerja," kata Gatot saat dihubungi IDXChannel, Sabtu (4/1/2025).

Lebih jauh, Gatot menjelaskan ketersendatan spare part pesawat ini akan berimbas pada 2 hal. Pertama harga yang tinggi, yang disebabkan karena kelangkaan. Kedua akan semakin banyak pesawat yang tidak diterbangkan akibat proses maintenance maskapai lebih lama.

"Misalnya kemarin banyak yang bermasalah soal landing gear, itu nanti akan ada suatu saat landing gear di pasaran langka, karena memang produksinya tidak bisa menyamai permintaan. Kalau langka itu pasti harga akan naik," kata Gatot.

Menurutnya, kelangkaan sparepart yang terjadi saat ini sudah dapat dirasakan ketika beberapa pesawat milik perusahaan maskapai dikandangkan.

Misalnya Wings Air yang dikabarkan mengandangkan sekitar 30 pesawat ATR-72 per Juni 2024 lalu. Citilink juga masih belum menerbangkan 19 pesawat karena masih dalam tahap perbaikan.

"Sehingga ke depan akan banyak pesawat yang tidak terbang, karena sparepart tidak ada, misalnya ATR Wings banyak yang tidak terbang, Citilink juga banyak yang sudah tidak terbang karena ada kendala sparepart disitu," kata Gatot.

"Kalau ke depan saya kira tergantung industrinya seperti apa, mungkin mereka nanti akan langsung merekrut tenaga kerja, cuman kan tidak bisa cepat juga kalau di penerbangan," tuturnya.





(kunthi fahmar sandy)

SHARE