Inflasi AS Meledak hingga 9,1 Persen, Ini Tanggapan Bank Indonesia
Inflasi AS meledak hingga 9,1% secara tahunan (year on year/yoy) pada Juni kemarin.
IDXChannel - Indeks utama bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali ditutup melemah pada sesi perdagangan Rabu (13/7) kemarin, pasca pengumuman inflasi Juni AS.
Inflasi AS meledak hingga 9,1% secara tahunan (year on year/yoy) pada Juni kemarin. Inflasi AS tersebut menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 40 tahun terakhir. Selain itu, realisasi itu juga lebih tinggi dari perkiraan pasar di angka 8,8%. Dikhawatirkan, inflasi AS yang tinggi ini akan berimbas kepada Indonesia.
Merespon situasi tersebut, Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan bahwa hal ini berdampak pada pelemahan beberapa mata uang di pasar Asia.
"Betul angka inflasi US naik di atas ekspektasi pasar, yaitu 9,1%. Kami lihat dampaknya di pasar NY semalam saham melemah, harga komoditas meningkat. dan komplikasi ke pasar Asia, beberapa mata uang Asia sampai saat ini (MYR, KRW dan IDR) mengalami pelemahan, dengan pelemahannya yang tidak terlalu besar," ujar Edi kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Kamis(14/7/2022).
Kendati demikian, terkait pelemahan Rupiah, Edi menyebut bahwa pergerakan mata uang Rupiah saat ini masih sejalan dengan pergerakan mata uang negara emerging markets (EM) lainnya.
"Pergerakan nilai tukar rupiah masih sejalan dengan pergerakan mata uang EM lainnya, khususnya dengan negara-negara di Asia Tenggara," tandasnya.
(SAN)