ECONOMICS

Inflasi di Eropa Makin Menggila, Bank Sentral Siapkan Kebijakan Baru

Stefani Ira P-Litbang 26/08/2022 21:30 WIB

Tingkat inflasi kian menggila dan menjadi ancaman terjadinya resesi di Eropa.

Inflasi di Eropa Makin Menggila, Bank Sentral Siapkan Kebijakan Baru (Dok.MNC)

IDXChannel - Tingkat inflasi kian menggila dan menjadi ancaman terjadinya resesi di Eropa. Dalam laman tradingeconomics.com tertulis beberapa negara di Eropa yang mengalami peningkatan inflasi, di antaranya adalah Liechtenstein (2,4 menjadi 2,5), Prancis (5,8 menjadi 6,1), Malta (6,1 menjadi 6,8), Norwegia (6,3 menjadi 6,8), Kepulauan Faroe (4,4 menjadi 7,3), Albania (7,4 menjadi 7,5), Denmark (8,2 menjadi 8,7), Kawasan Euro (8,6 menjadi 8,9). 

Selain itu, inflasi di Portugal (8,7 menjadi 9,1), Austria (8,7 menjadi 9,2), Uni Eropa (9,6 menjadi 9,8), Islandia (8,8 menjadi 9,9), Inggris Raya (9,4 menjadi 10,1), Belanda (8,6 menjadi 10,3), dan lain sebagainya. Kemungkinan terjadi resesi di zona euro lebih tinggi daripada kemungkinan tidak terjadi resesi. Hal ini berlaku di 19 negara Eropa dan sudah diyakini akan dikonfirmasi oleh 3 negara, yaitu Jerman, Prancis, dan Italia.

Kondisi ini kemungkinan akan memburuk, melihat adanya agresi Rusia terhadap Ukraina yang dibarengi dengan dampak ekonomi sebelumnya dari pandemi virus Corona. Sejak agresi Rusia terhadap Ukraina dilancarkan, beberapa negara mengalami dampak ekonomi akibat adanya pemutusan aliran gas ke wilayah negara-negara tertentu. Hal ini memunculkan kekhawatiran bagi negara-negara Eropa karena adanya lonjakan harga energi, kelangkaan pasokan energi gas untuk musim dingin, dan juga lonjakan harga pangan. 

Dilansir dari laman Financial Times, ekonom di negara AS dan Eropa semakin pesimis untuk menerapkan kebijakan kenaikan suku bunga guna mengurangi tingkat inflasi. 

Krisis yang terjadi membuat beberapa ekonom KTT G7 angkat bicara. Holger Schmieding, kepala ekonom Berenberg Bank, mengatakan bahwa keseimbangan sekarang "berujung" mendukung kontraksi ekonomi tahun depan di AS dan Eropa. Selain itu, Goldman Sachs melipatgandakan risiko AS menjadi 30%. Sedangkan Mark Zandi, kepala ekonom Moody's Analytics, mengatakan bahwa risiko resesi AS dapat mencapai angka 40%. Meskipun begitu, Mark menambahkan pendapat bahwa Eropa akan bahkan lebih rentan dibandingkan AS.

Untuk menghindari terjadinya resesi, Zandi mengatakan, harus ada kebijakan yang diambil secara cepat oleh The Fed dan Bank Sentral lainnya agar ekonomi global dapat membaik. Selain itu, sejak bulan Juni lalu, bank sentral dari Washington hingga Zurich menaikkan suku bunga sebagai pengendalian lonjakan inflasi.

European Central Bank (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunga deposito menjadi 0,75% pada akhir tahun. Pada Juli kemarin, ECB menaikkan suku bunga 0,50%. Dengan menerapkan kebijakan tersebut, zona euro kemungkinan akan memasuki resesi ringan pada paruh kedua tahun ini. Namun usaha tersebut dinilai masih kurang cukup untuk mampu mencapai pengembalian tingkat inflasi ke target yang diharapkan. 

(IND)

SHARE