ECONOMICS

Inflasi Mei 2024 Lebih Rendah Dibandingkan 2023, Ini Penjelasan Pengamat

Muhammad Farhan 04/06/2024 14:18 WIB

Pengaruh inflasi yang lebih tinggi pada Mei 2023 dibandingkan tahun ini dikarenakan adanya dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2022.

Inflasi Mei 2024 Lebih Rendah Dibandingkan 2023, Ini Penjelasan Pengamat (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Adanya deflasi sebesar 0,03% pada Mei 2024 kali ini merupakan momen penurunan pertama inflasi pasca Agustus 2023. Selain deflasi, inflasi yang terjadi di bulan yang sama yakni 2,84%, dinilai lebih rendah dibandingkan Mei tahun lalu yaitu 3%.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan pengaruh inflasi yang lebih tinggi pada Mei 2023 dibandingkan tahun ini dikarenakan adanya dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2022.

"Kalau kita lihat pada bulan Mei tahun lalu, inflasinya lebih tinggi dibandingkan tahun ini karena masih adanya dampak kenaikan harga BBM di tahun 2022. Sehingga inflasi di bulan Mei tahun ini, cukup rendah kenaikannya," ungkap Josua dalam dialog di IDX Channel, Selasa (4/5/2024).

Josua mengatakan, data inflasi bulan Mei 2024 ini sesuai dengan target capaian Bank Indonesia yakni di 2,5 plus minus satu persen. Oleh sebab itu, dia mengatakan indikasi kenaikan suku bunga acuan BI konsisten mengurangi kenaikan inflasi di bulan Mei 2024.

"Yang kita lihat pada bulan April kemarin yakni adanya pelemahan nilai tukar rupiah, kemudia harga di tingkat produsen mulai menurun di kuartal 1, Indeks Harga Pedagang Besar (IHPB) juga sudah melandai. Artinya secara keseluruhan harga produksi pun menurun sejalan dengan menurunnya harga kebutuhan barang pokok," papar Josua.

Josua juga mengatakan pemicu deflasi Mei 2024 kali ini dipengaruhi oleh normalisasi harga dari kelompok pangan, terutama beras, dan transportasi pasca momen lebaran Idul Fitri.

Josua mengaitkan faktor penentu deflasi ini datang dari kenaikan harga pangan di momen lebaran Idul Fitri kemarin. Tak ayal, pengaruh budaya mudik pun mempengaruhi permintaan masyarakat atas penggunaan jasa transportasi berupa pesawat terbang atau angkutan darat lainnya.

"Secara khusus di bulan Mei lalu, ini menjadi momen berakhirnya perayaan momen Idul Fitri dan mudik sehingga harga pangan serta tiket transportasi mengalami pelambatan kemudian kembali normal," katanya.

Namun demikian, Josua menafikan faktor deflasi Mei 2024 ini terjadi karena adanya penurunan daya beli masyarakat. Dia memaparkan kondisi deflasi ini diiringi dengan inflasi dari sisi core inflation-nya.

"Kita bisa menyimpulkan sementara deflasi bulan Mei lalu dipengaruhi penurunan normalisasi harga pangan dan transportasi, namun dari sisi permintaannya masih terbilang solid," ungkap Josua. 

(SAN)

SHARE