ECONOMICS

Ini Alasan Tinggal di Singapura Lebih Mahal Dibandingkan Negara Asia Tenggara Lainnya

23/12/2023 06:45 WIB

Singapura terkenal sebagai negara di Asia Tenggara dengan biaya hidupnya yang tinggi. Benarkah Singapura adalah negara yang mahal?

Ini Alasan Tinggal di Singapura Lebih Mahal Dibandingkan Negara Asia Tenggara Lainnya. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Singapura terkenal sebagai negara di Asia Tenggara dengan biaya hidupnya yang tinggi. Benarkah Singapura adalah negara yang mahal? Selama delapan dari 10 tahun, Singapura dinobatkan sebagai kota termahal di dunia, menurut Economist Intelligence Unit (EIU)’s Worldwide Cost of Living.

Padahal, Singapura hanyalah sebuah titik merah kecil di peta dunia, yang berukuran 50 km dari timur ke barat dan 27 km dari utara ke selatan. Namun, berkat pertumbuhan ekonomi yang kuat selama bertahun-tahun, biaya hidup dan standar hidup meningkat akibat inflasi.

Namun jika melihat data nasional, rata-rata tingkat inflasi umum selama periode 20 tahun (2002-2022) cukup rendah yaitu sebesar 1,86%. Selain itu, median pendapatan kotor bulanan dari pekerjaan, tercatat sebesar USD5.070 pada 2022, tumbuh dengan laju yang lebih cepat dibandingkan inflasi.

Jadi, apakah Singapura memang semahal itu?

Untuk menjawab hal ini, perlu dicatat bahwa laporan EIU berasal dari sudut pandang ekspatriat dan bukan sudut pandang lokal.

 Oleh karena itu, jika Anda memperhitungkan berbagai subsidi pemerintah, biaya hidup sehari-hari masyarakat setempat, dan lain-lain, biaya hidup sebagai warga Singapura jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan apa yang digambarkan dalam laporan tersebut.

Namun terlepas Anda orang lokal atau bukan, tinggal di Singapura tetap dianggap mahal. Berikut beberapa alasannya dilansir dari Smart Wealth, Jumat (22/12/2023).

1. Terbatasnya lahan

Kelangkaan lahan mungkin merupakan salah satu faktor yang paling berkontribusi terhadap tingginya biaya di Singapura.

Singapura memiliki luas daratan 733,1 km² dan jumlah penduduk total 5.453.600 jiwa, menempati peringkat ketiga di dunia dalam hal kepadatan penduduk.

Dengan bertambahnya populasi warga Singapura dan orang asing, perencanaan yang cermat untuk memaksimalkan penggunaan lahan sangatlah penting.

Pemerintah berupaya untuk mengambil alih kembali lahan sebanyak mungkin, namun hanya ada sedikit yang bisa dilakukan.

2. Sumber daya alam yang sangat sedikit

Bisa dikatakan bahwa Singapura hanya mempunyai sedikit sumber daya alamnya.

Namun, negara ini mempunyai beberapa keunggulan kompetitif, salah satu keunggulan yang paling kuat adalah lokasi pelabuhannya yang strategis di peta dunia, yang menghubungkan perdagangan Timur-Barat.

Singapura menduduki peringkat ibu kota maritim terbaik dunia selama empat tahun berturut-turut dan merupakan pelabuhan tersibuk kedua di dunia. Pelabuhan Singapura memiliki kontribusi atas kesuksesan Singapura selama bertahun-tahun.

Meskipun potensi pembangunan Terusan Kra di Thailand – yang memungkinkan kapal-kapal melewati Singapura – dapat menghambat aktivitas pelabuhan di masa depan, pemerintah telah membuat rencana untuk memastikan kelangsungan pelabuhan-pelabuhan tersebut. 

Selain itu, Singapura juga berhati-hati untuk tidak menaruh semua perhatiannya pada satu keranjang dengan melakukan diversifikasi ke kegiatan lain yang menghasilkan PDB.

3. Singapura harus mengimpor banyak kebutuhan

Pertama, mereka harus mengimpor air dari negara tetangganya. Singapura membutuhkan 430 juta galon air sehari, dan saat ini mampu menerima hingga 250 juta galon air sehari dari Malaysia.

Kedua, lebih dari 95% listrik Singapura dihasilkan dari gas alam impor, sebagian besar berasal dari Malaysia dan Indonesia.

Kemudian, lebih dari 90% makanan yang dikonsumsi di Singapura adalah impor.

Mengandalkan kebutuhan dasar pada pihak lain tidak hanya menimbulkan biaya tambahan, tetapi juga dapat membuat Singapura berada dalam situasi genting jika ketegangan muncul.

4. Harga properti dan sewa hampir selalu dalam tren naik

Tanah Singapura adalah komoditas yang berharga.
Akibat pertambahan jumlah penduduk, permintaan terhadap properti semakin meningkat, namun pasokan yang terbatas menyebabkan harga properti (dan sewa) pun naik.

Harga rata-rata sebuah flat HDB adalah SGD495 ribu, sedangkan kondominium pribadi berharga SGD1.467.778. Tentu saja, semakin dekat lokasi properti dengan pusat kota, maka harganya akan semakin mahal.

Jika Anda orang Singapura, kebijakan pemerintah seperti mensubsidi rumah susun HDB dan menawarkan hibah memungkinkan properti tersebut tetap terjangkau.

Namun, jika Anda orang asing, bersiaplah untuk membayar lebih mahal. Selain pajak reguler, orang asing perlu membayar Bea Meterai Pembeli Tambahan (ABSD) sebesar 60% dari harga pembelian atau nilai pasar properti.

Dengan tingginya biaya untuk membeli sebuah properti, maka harga sewa pun akan semakin tinggi pula.

5. Mahalnya biaya pendidikan

Orang Singapura memiliki pemikiran "sekolah yang bagus untuk mendapatkan pekerjaan bagus".

Karena Singapura tidak memiliki lahan atau sumber daya alam (selain pelabuhan), Singapura harus bergantung pada masyarakatnya.

Pemerintah melakukan investasi besar-besaran di bidang pendidikan, karena menyadari bahwa sumber daya manusia diperlukan untuk mendukung masuknya perusahaan multinasional (MNC), yang mana pemerintah telah menarik perhatian pemerintah dengan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan seperti tarif pajak perusahaan yang rendah, kemudahan berbisnis, dan lain-lain.

Pendidikan yang lebih baik tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi bagi individu, tetapi juga bagi perusahaan yang dilayaninya serta perekonomian bangsa.

Orang tua bersedia berinvestasi pada anaknya agar dapat meraih kesuksesan baik di dalam maupun di luar kelas. Mereka ingin anak-anak mereka masuk ke sekolah terbaik, dan sering kali mendaftarkan mereka di kelas privat.

Dengan tingginya permintaan tersebut, biaya pendidikan pun meningkat. Selama 20 tahun terakhir (2002 hingga 2022), rata-rata tingkat inflasi pendidikan adalah 2,86%, sedangkan rata-rata inflasi umum adalah 1,86%.

5. Biaya memiliki mobil merupakan yang tertinggi di dunia

Karena ukuran Singapura yang kecil, jika setiap orang memiliki mobil, jalanan akan macet dan tidak tersedia cukup tempat untuk parkir.

Itu sebabnya pemerintah membatasi kepemilikan mobil pribadi dengan menaikkan biaya kepemilikannya, menjadikan Singapura sebagai tempat termahal di dunia untuk membeli mobil.

Saat Anda memutuskan memiliki mobil, Anda juga harus membayar ongkos lainnya, seperti pajak jalan raya dan asuransi mobil wajib.

6. Tingginya biaya kesehatan

Faktor lain yang berkontribusi terhadap sumber daya manusia, selain pendidikan, adalah layanan kesehatan.

Oleh karena itu, pemerintah menghabiskan miliaran dolar setiap tahunnya untuk layanan kesehatan guna memastikan masyarakatnya tetap sehat, yang kemudian meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.

Jika kita melihat data nasional, rata-rata tingkat inflasi layanan kesehatan di Singapura adalah 2,17% selama 20 tahun (2002-2022).

(NIA)

SHARE