ECONOMICS

Ini Tiga Jurus Pelaku Usaha agar Industri Panas Bumi Lebih Kompetitif

Yanto Kusdiantono 22/05/2025 16:35 WIB

INAGA atau Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) menyampaikan, ada tiga hal kunci yang harus dilakukan agar panas bumi di Indonesia kian berkembang.

Ini Tiga Jurus Pelaku Usaha agar Industri Panas Bumi Lebih Kompetitif. (Foto Yanto K/IDXChannel)

IDXChannel – Industri panas bumi (geothermal) Indonesia ke depan diprediksi semakin berkembang didukung cadangan yang melimpah. Meski demikian, komersialisasi geothermal masih menjadi tantangan mengingat biaya pengembangannya yang relatif mahal.

Untuk itu, para pelaku usaha di sektor geothermal terus mengupayakan agar geothermal bisa semakin kompetitif.

Indonesian Geothermal Association (INAGA) atau Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) menyampaikan, ada tiga hal kunci yang harus dilakukan agar panas bumi di Indonesia kian berkembang.

Pertama, terkait biaya, harus ada upaya untuk menekan biaya per megawatt (MW) yang dikeluarkan oleh badan usaha dari saat ini USD6 juta per MW.

Kedua, harus ada kolaborasi antara badan usaha, pemerintah dan pemangku kepentingan lain. Hal ini karena panas bumi merupakan bisnis yang pasarnya hanya satu pembeli yakni PLN, dengan harga yang ditetapkan berdasarkan regulasi.

“Ketiga, tentu saja teknologi yang digunakan harus lebih baik, sehingga tidak stuck di tahap eksplorasi,” ujar Ketua Umum API Julfi Hadi saat konferensi pers menjelang acara The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta, Kamis (22/5/2025).

Julfi menerangkan, dengan melihat potensi dan perbaikan-perbaikan di segala sisi, produksi listrik dari geothermal ditargetkan mencapai 3,8 GW pada 2029. Sehingga, diperlukan tambahan sekitar 1,2 GW lagi karena produksi geothermal saat ini berada di angka 2,6 GW.

Dilihat dari sumber dayanya, geothermal di Indonesia juga masih sangat potensial. Sebab, dari total 24 GW yang tersedia, baru 12 persen yang dimanfaatkan untuk kelistrikan.

“Kami (geothermal) itu bisa menjadi pembangkit listrik base load, sehingga perannya sangat penting bagi pasokan energi dalam negeri,” kata Julfi.

Sementara itu, terkait penyelenggaraan The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025, Julfi menegaskan, IIGCE bukan hanya sebuah konferensi dan pameran, tetapi sebuah platform kolaboratif yang membawa misi strategis bagi Indonesia.

“Panas bumi merupakan aset energi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga stabil dan melimpah di Indonesia. Saat ini, pemerintah mendorong swasembada energi dan panas bumi dapat menjadi andalan sistem ketenagalistrikan nasional,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Pelaksana The 11th IIGCE 2025 Ismoyo Argo memaparkan, IIGCE 2025 mengusung tema 'Fostering Collaboration for a Green Economy in Indonesia: The Role of Geothermal Energy in Sustainable Growth'.

“Tahun ini, IIGCE akan melakukan pendekatan baru yang lebih inklusif dan partisipatif, dengan memperluas jangkauan peserta dari sektor pemerintah, pelaku usaha, akademisi, LSM, hingga generasi muda. IIGCE 2025 akan menghadirkan berbagai agenda unggulan, termasuk sesi high-level dialogue, technical paper presentation, international exhibition, business matchmaking, serta kegiatan komunitas seperti field trip dan youth program,” kata dia.

(Dhera Arizona)

SHARE