Investasi Melambat Selama Masa Pandemi, Obligasi Bisa Jadi Alternatif
Pandemi Covid-19 yang merebak di seluruh dunia telah menyebabkan investasi di tanah air menjadi melambat.
IDXChannel - Pandemi Covid-19 yang merebak di seluruh dunia telah menyebabkan investasi di tanah air menjadi melambat. Meski begitu, masih ada pilihan sebagai alternatif untuk mencari tambahan modal dari pasar modal, apa itu?
Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, menyebut Obligasi bisa menjadi pilihan selama masa pandemi. Apalagi, instrumen ini memiliki liquidity sangat empel (cukup) dan bisa dijadikan sebagai alternatif investasi di pasar uang dengan bunga rendah.
"Sehingga ini juga mendorong untuk obligasi ini menjadi salah satu alternatif yang sangat menarik di saat kondisi pandemi ini terjadi," ujarnya pada Market Review IDXChanel, Kamis (26/8/2021).
Dimasa pandemi covid 19 banyak orang yang lebih mencari instrumen investasi dengan risiko yang lebih rendah seperti pembelian Obligasi. Mengingat kinerjanya di pasar modal lebih optimal 3 tahun kebelakang.
"kalau kita lihat perkembangan pasar obligasi atau Sukuk yang sudah diterbitkan pemerintah, saya kalau jualan obligasi sukuk ini ke investor lagi laris manisnya, karena kalau kita lihat secara historical, perbandingan kinerja investasi dipasar modal 3 tahun terakhir obligasi atau sukuk lebih optimal," lanjutnya.
Handy menjelaskan, kalau berbicara mengenai investasi itu artinya menunda konsumsi, harapannya kalau masyarakat berinvestasi mendapatkan return yang lebih tinggi, minimal lebih tinggi dari sisi inflasi.
"Yang menarik dari yang ditawarkan produk oleh Sukuk atau obligasi pemerintah ini secara yield masih cukup menarik, secara risiko juga kita bisa bilang resikonya sangat rendah, karena risiko kreditnya bisa dibilang 0," tuturnya.
Handy menggambarkan, kalau dilihat dari sisi kepemilikan investor ritel, mengalami peningkatan cukup signifikan dan akan terus berlanjut. Hal ini tentu memberikan support untuk pasar obligasi atau Sukuk kita dari goncangan pasar global.
"Saat ini total investor ritel yang beli obligasi atau cukup itu sekitar 200-an triliun, jadi baru mungkin 4 sampai 5% dari total outstanding, dan kami perkirakan struktur yang ditawarkan oleh pemerintah dengan penawaran yang cukup menarik membuat hal ini akan bisa lebih meningkat lagi kedepannya," tambahnya. (TYO)