Investor Properti Mulai Lirik Kawasan Industri, Bekasi-Subang Jadi Magnet Utama
Setelah bertahun-tahun fokus pada pembangunan hunian di kota besar, kini para pengembang semakin menaruh perhatian pada potensi kawasan industri.
IDXChannel - Kawasan industri di sepanjang koridor timur Jakarta yang kian terhubung dengan jaringan jalan tol, semakin berkembang. Alhasil, arah peta investasi properti Indonesia mengalami pergeseran.
Head of Research Rumah123 Marisa Jaya mengatakan, setelah bertahun-tahun fokus pada pembangunan hunian di kota besar, kini para pengembang semakin menaruh perhatian pada potensi kawasan industri yang terus menunjukkan daya tariknya.
"Subang, Karawang, hingga Bekasi kini berada di pusat perhatian. Masuknya investasi dari China dan negara lain memicu lonjakan aktivitas ekonomi di wilayah tersebut," ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (15/11/2025).
Kawasan yang dulunya identik dengan pabrik dan gudang kini mulai berkembang menjadi pusat pertumbuhan baru yang juga membutuhkan perumahan, fasilitas komersial, dan ruang penunjang kehidupan sehari-hari.
Tren ini tercermin dari data Flash Report November 2025 by Rumah123. Harga rumah sekunder di kota-kota sekitar koridor industri terus meningkat.
Bekasi mencatat kenaikan 0,9 persen secara bulanan dan 1,4 persen secara tahunan, diikuti oleh Bogor yang naik 1,3 persen secara bulanan, serta Tangerang dengan peningkatan 0,5 persen bulanan dan 1 persen tahunan.
Secara nasional, harga rumah sekunder tumbuh 0,3 persen dibanding tahun lalu. Meskipun tidak besar, angka ini menunjukkan ketahanan pasar di tengah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke 4,75 persen dan inflasi yang tercatat 2,86 persen pada Oktober 2025.
"Kondisi ini memberikan ruang bagi investor dan pengembang untuk melirik sektor yang lebih produktif dan berorientasi jangka panjang," kata Marisa.
Menurutnya, kawasan industri kini memegang peranan penting dalam membentuk wajah baru sektor properti Indonesia. Sebab, pergerakan pasar di wilayah industri memperlihatkan bahwa pengembang mulai berpikir lebih strategis.
"Mereka tidak lagi sekadar menjual rumah, tetapi membangun kawasan yang hidup, dengan fungsi residensial, komersial, dan industri yang saling melengkapi," ujarnya.
Fenomena ini, kata Marisa, adalah bagian dari proses adaptasi terhadap perubahan perilaku investor dan kebutuhan masyarakat.
"Diversifikasi ke kawasan industri menunjukkan bagaimana pengembang merespons dinamika ekonomi dengan cepat. Ketika mobilitas meningkat dan konektivitas antarwilayah semakin baik, kawasan industri menjadi tempat tumbuhnya ekosistem ekonomi baru yang lebih inklusif," katanya.
Selain Jabodetabek, beberapa kota besar di luar Pulau Jawa juga menunjukkan tren serupa. Makassar dan Medan mencatat kenaikan harga rumah sekunder masing-masing 8,4 persen dan 3,6 persen secara bulanan, sementara Denpasar naik 4,1 persen secara tahunan.
Secara keseluruhan, sembilan dari 13 kota besar di Indonesia mencatat kenaikan harga rumah tahunan. Yogyakarta menempati posisi tertinggi dengan pertumbuhan 5,4 persen, diikuti oleh Denpasar dengan 4,1 persen.
"Data ini memperlihatkan bahwa minat terhadap properti masih kuat di kota-kota yang memiliki potensi ekonomi dan konektivitas tinggi," katanya.
(Dhera Arizona)