Israel Protes Penurunan Peringkat Utang oleh Moody's
Pemerintah Israel mengecam keputusan lembaga pemeringkat keuangan Moody’s yang menurunkan peringkat kredit negara tersebut.
IDXChannel - Pemerintah Israel mengecam keputusan lembaga pemeringkat keuangan Moody’s yang menurunkan peringkat kredit negara tersebut.
Dilansir dari AP pada Minggu (11/2/2024), Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengatakan bahwa keputusan tersebut bermotif politik.
"Ini tidak didasari pertimbangan ekonomi yang benar,” kata Smotrich.
Akhir pekan lalu, Moody's menurunkan peringkat utang Israel, serta memperingatkan bahwa krisis yang sedang berlangsung di Gaza dan kemungkinan konflik dengan Hizbullah dapat berdampak buruk terhadap perekonomian negara tersebut.
Ini adalah pertama kalinya Moody’s menurunkan peringkat kredit Israel, yang digunakan investor untuk mengukur risiko berinvestasi di entitas atau pemerintah global.
Moody's menurunkan peringkat Israel dari A1 ke A2 dan mengatakan prospek perekonomian negara tersebut negatif.
"Ini mencerminkan kurangnya kepercayaan terhadap keamanan dan kekuatan nasional Israel, dan juga kurangnya kepercayaan terhadap kebenaran jalan Israel dalam melawan musuh-musuhnya,” kata Smotrich.
Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu klaim bahwa perekonomian Israel kuat.
"Penurunan peringkat sepenuhnya disebabkan oleh fakta bahwa kita sedang berperang," ujarnya, sembari berjanji bahwa setelah perang berakhir, ratingnya akan naik lagi.
Namun, para pejabat Israel khawatir bahwa penurunan peringkat Moody’s dapat menyebabkan lembaga-lembaga besar lainnya juga menurunkan rating Israel.
"Hal ini dapat berdampak pada perekonomian Israel karena akan mempersulit pemerintah untuk mengumpulkan uang dengan menjual obligasi", kata Michel Strawczynski, seorang profesor ekonomi dan mantan direktur departemen penelitian di Bank Sentral Israel.
“Kalau perangnya lama pasti berdampak, tapi kalau tidak terlalu lama dampaknya akan jauh lebih kecil,” ujarnya.
Perekonomian Israel bangkit kembali setelah perang sebelumnya dengan Hamas, namun perang yang terjadi saat ini jauh lebih lama dibandingkan perang-perang lainnya. Konflik kali ini mencakup pengeluaran militer yang besar serta pemanggilan pasukan cadangan secara besar-besaran, sehingga membebani perekonomian negara. (WHY)