ECONOMICS

Jangan Salah! Ini Cara Bedakan Batuk Covid-19 dan TBC pada Anak

Kevi Laras 15/08/2022 18:02 WIB

Penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan China.

Jangan Salah! Ini Cara Bedakan Batuk Covid-19 dan TBC pada Anak (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Salah satu gejala Covid-19 yakni batuk.  Bahkan batuk bisa berlangsung lama, dan penyakit yang berkaitan batuk lama yaitu tuberkulosis (TBC). 

Penyakit TBC di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan China. Dengan begitu para orang tua diminta memahami perbedaan batuk Covid-19 dan TBC lebih tepatnya.

Menurut ahli kesehatan dr Reisa, batuk Covid-19 dengan TBC memang  hampir mirip. Maka dibutuhkan melakukan testing Covid-19 untuk memastikan apa bedanya dari TBC.

"Selain dengan cara diagnosis, juga harus bisa dilakukan dengan pcr supaya bisa mengeliminasi apakah covid 19 atau tidak," ujar dr Reisa Broto Asmoro, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Siaran Sehat di kanal YouTube RRI Net Official, Senin (15/8/2022).

Lebih lanjut, jika batuk anak dialami lebih dari dua Minggu atau 17 hari. Hal itu patut  dicurigai, terlebih batuknya semakin parah, dibandingkan sebelumnya harus dibawa ke dokter.

Batuk tadi, juga disertai dengan demam yang suhunya tidak terlalu tinggi. " Kemudian, batuk yang lama lebih dari dua minggu yang makin lama makin parah, patut dicurigai jika anak alami TB," imbuhnya 

Sekadar informasi, menurut Kementerian Kesehatan sebanyak 91% kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru berpotensi menularkan kepada orang sehat di sekitarnya. Saat ini, penemuan kasus dan pengobatan TBC yang tinggi telah dilakukan di beberapa daerah di antaranya Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.

Sementara daerah dengan kasus TBC paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. “Sebenarnya TBC itu biasanya ada di daerah yang padat, daerah kumuh, dan daerah yang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) nya kurang, di situ potensi penularan TBC nya tinggi,” ucap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes RI, Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes, dilansir Sehat Negeriku.

(DES)

SHARE