Jelang Pengumuman Besok, Inflasi AS Masih Bakal Tinggi?
Masih belum jelas apakah AS telah melewati puncak inflasi atau belum dan masih menjadi misteri di antara para ekonom.
IDXChannel - Tingkat Inflasi di Amerika Serikat (AS) diperkirakan mencapai 8,30% pada akhir kuartal ini, menurut model makro global dan ekspektasi analis Trading Economics. Data inflasi September 2022 negeri Paman Sam akan diumumkan Kamis (13/10/2022) besok.
Senada dengan analisis tersebut, mengutip capital.com, tingkat inflasi AS tetap mendekati level tertinggi dalam 40 tahun, dan rilis September diperkirakan akan menunjukkan angka di atas 8% pada basis tahunan.
Pasar memperkirakan inflasi AS turun menjadi 8,1% di bulan September dari bulan sebelumnya. Jika proyeksi ini tepat, inflasi secara keseluruhan dapat berlanjut dengan tren penurunan yang lambat, berdasarakan proyeksi Capital.com.
Namun, konsensus para analis memperkirakan bahwa inflasi inti akan naik menjadi 6,5% untuk bulan September, naik dibanding 6,3% di bulan Agustus.
Kenaikan ini akan menunjukkan bahwa permintaan jasa masih mendorong inflasi dan kenaikan suku bunga The Fed belum memiliki efek yang diinginkan.
Dalam jangka panjang, tingkat Inflasi AS diproyeksikan akan menempati tren sekitar 1,90% di tahun 2023, menurut model ekonometrik Trading Economics.
Sebelumnya, tingkat inflasi tahunan di AS turun dalam dua bulan kedua berturut-turut menjadi 8,3% pada Agustus 2022, terendah dalam 4 bulan. Angka ini lebih rendah dari 8,5% pada Juli tetapi masih di atas perkiraan pasar sebesar 8,1%.
Penyumbang utama inflasi ditopang indeks energi yang terpantau 23,8%, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 32,9%.
Inflasi bahan bakar minyak (BBM) mencapai 68,8% turun dari 75,6%. Adapun peningkatan inflasi terjadi untuk gas alam sebesar 33% dibanding bulan sebelumnya 30,5% dan listrik sebesar 15,8%, tertinggi sejak Agustus 1981.
Di sisi lain, inflasi untuk makanan meningkat 11,4%, menjadi yang terbesar sejak 1979. Sedangkan sektor perumahan meningkat menjadi 6,2%, terbesar sejak 1984.
Adapun inflasi inti, yang tidak termasuk energi volatil dan harga pangan, meningkat 6,3% dalam setahun, terbesar sejak Maret, dan naik tajam dari 5,9% yang dicapai pada Juni dan Juli.
Proyeksi Inflasi AS
Sumber: Trading Economics
Peningkatan inflasi AS adalah tren yang dimulai pada awal tahun 2021 ketika stimulus fiskal dan moneter besar-besaran yang dirilis selama pandemi mendorong permintaan agregat dalam menghadapi hambatan pasokan global.
Krisis inflasi global telah diperburuk oleh perang di Ukraina, yang telah menaikkan harga energi untuk minyak dan gas alam, yang mengakibatkan kenaikan harga yang lebih berkelanjutan.
Pasar Tenaga Kerja Bergerak Positif
Meskipun inflasi tinggi masih mengintai negeri Paman Sam, tetapi ekonomi AS masih bergeliat dengan masih positifnya kinerja pasar ketenagakerjaan.
Tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,5% pada September 2022. Angka ini kembali ke level terendah dalam 29 bulan dan tetap di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,7%.
Jumlah penganggur turun sebesar 261 ribu menjadi 5,75 juta pada September, sedangkan jumlah yang bekerja meningkat 204 ribu menjadi 158,9 juta. Tingkat partisipasi angkatan kerja turun tipis menjadi 62,3% dari sebelumnya 62,4%.
Sebagai tambahan, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data Nonfarm Payrolls (NFP) naik 263.000 pada September 2022. Angka ini bahkan dibawah perkiraan pasar yang mencapai 250.000.
Data NFP ini menggambarkan kuatnya pasar tenaga kerja AS. Hal ini tidak hanya menopang belanja konsumen tetapi juga mendorong pertumbuhan upah. Hal ini memupus harapan The Fed untuk mengurangi pertumbuhan upah dan meningkatkan inflasi.
Padahal, The Fed gencar menaikkan suku bunga agar belanja masyarakat dapat direm.
Namun, mengutip Time, kuatnya pasar tenaga kerja hanya menambah kerumitan. Banyak ekonom mengatakan pengangguran yang rendah tetap menyebabkan inflasi tinggi. Ini berarti akan lebih banyak kenaikan suku bunga dari The Fed.
“Bahkan dengan kemungkinan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya, inflasi masih akan tetap tinggi untuk beberapa waktu, karena masalah rantai pasokan tetap ada dan masih ada banyak ketidakstabilan dengan perang Ukraina, yang telah menyebabkan perubahan harga energi yang signifikan,” kata Zach Stein, kepala investasi di Carbon Collective, sebuah perusahaan penasihat investasi.
Ekonom menyebut masih membutuhkan lebih dari satu bulan lagi penurunan angka inflasi sebelum The Fed akhirnya memperlambat kenaikan suku bunga.
Sementara, kekhawatiran resesi besar menjadi momok masyarakat AS setelah berbulan-bulan dihantam inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga.
Para ekonom mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan resesi. Namun definisi teknis dari resesi tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat AS yang terus menghadapi kenaikan harga.
Jadi, masih belum jelas apakah AS telah melewati puncak inflasi atau belum dan masih menjadi misteri di antara para ekonom. (ADF)