ECONOMICS

Jika Solar Naik, Menperin Proyeksi Harga Barang Melonjak 10-15 Persen

Ikhsan Permana SP/MPI 31/08/2022 18:03 WIB

Menperin menyebut sektor Industri akan langsung terdampak signifikan jika biaya solar dinaikkan sebab hal itu menambah ongkos pengiriman.

Jika Solar Naik, Menperin Proyeksi Harga Barang Melonjak 10-15 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut sektor industri tengah menghadapi tantangan global, salah satunya perang Rusia dan Ukraina. Akibatnya terjadi krisis pangan dan krisis energi.

Dengan adanya krisis energi, pelaku industri harus menghadapi kenaikan harga minyak mentah. Alhasil, harga bahan bakar minyak (BBM) pun bakal naik.

Pemerintah juga tengah menggodok rencana penyesuaian harga BBM. “Berdasarkan data yang kami miliki, pengeluaran IBS (industri besar, sedang) untuk bahan bakar dan pelumas pada tahun 2019 mencapai Rp58,7 triliun dan berperan sebesar 1,3% terhadap total biaya produksi,” sebut Agus.

Agus menjelaskan, bila menggunakan angka pada tahun 2019 tersebut, untuk memproyeksi angka tahun 2021 dengan asumsi pertumbuhan sebesar 5%, maka pada tahun 2021 pengeluaran bahan bakar dan pelumas mencapai Rp60 triliun dan berperan sebesar 1,4%.

“Dengan angka tersebut, saya berpendapat bahwa secara umum kenaikan harga Pertalite tidak berdampak siginifikan terhadap sektor industri manufaktur, tetapi tentu akan berdampak pada karyawan pengguna Pertalite,” imbuhnya.

Namun, sektor Industri akan mendapat dampak langsung yang signifikan jika biaya solar dinaikkan sebab akan menambah ongkos pengiriman.

“Kenaikan harga solar tentunya akan meningkatkan variabel biaya logistik dan kenaikan harga produk dengan kenaikan harga sekitar 10-15%,” sebut Agus.

Dia menuturkan, guna semakin meningkatkan daya saing industri dalam negeri, Kementerian Perindustrian tengah memperjuangkan perluasan penerima Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk industri. Ia menyebut kebijakan HGBT telah terbukti mampu memperkuat resiliensi dan daya saing industri pengguna gas. 

“Ini karena terjadi efisiensi, terutama pada biaya operasional dan bahan baku industri pengguna gas,” ujarnya.

Hadapi Krisis Pangan

Di sisi lain, dia menyebut krisis pangan menyebabkan pasokan gandum dan minyak nabati terganggu. Selain itu, muncul fenomena proteksionisme negara-negara di dunia untuk mengamankan stok pangan domestik.

Contohnya, India menghentikan ekspor gandum. Kemudian yang ketiga, peningkatan konversi komoditas pangan menjadi bahan baku energi. 

Seluruh isu tersebut mengakibatkan kenaikan index harga komoditi pangan global sebesar 32,5% (YoY) berdasarkan laporan World Bank Juni 2022. 

Menperin menyampaikan bahwa pasokan bahan baku industri pangan dalam negeri akan terjamin. “Ke depan, kami mengupayakan agar lebih banyak lagi bahan baku lokal yang dikembangkan seperti tepung singkong, porang, sorgum, sagu, ganyong, hanjeli, hotong, pisang, sukun, talas, ubi jalar, dan lainnya untuk diversifikasi produk olahan pangan,” ujarnya.

(FRI)

SHARE