Jokowi Bakal Stop Ekspor Timah, Bagaimana Kinerja Ekspor Komoditas Andalan Ini?
Timah masih menjadi komoditas penting bagi Indonesia di pasar dunia
IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana menambah daftar larangan ekspor komoditas, di antaranya timah.
"Setelah Nikel distop, walaupun belum rampung di WTO. Kita akan stop tahun ini mungkin timah atau bauksit stop," tuturnya dalam acara Silaturahmi Nasional PPAD 2022, Jakarta, Jumat (5/8/2022) mengutip Okezone.
Hal ini dibenarkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Dalam kesempatan Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG), ia menyampaikan pelarangan ekspor timah akan berlaku tahun depan.
Bahlil mengatakan Indonesia merupakan negara penghasil timah terbesar kedua di dunia, setelah China. Menurutnya, Indonesia juga merupakan negara pengekspor timah terbesar. Menurut data OEC World, Indonesia berkontribusi terhadap 34,1 persen nilai ekspor timah dunia pada 2020.
Menurut Tradingeconomics, ekspor timah Indonesia mencapai USD2,44 Miliar selama tahun 2021, mengutip database Comtrade PBB. Angka ini bahkan melesat dibanding tahun sebelumnya.
Ekspor Timah Indonesia
Sumber: Tradingeconomics
Adapun data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) per Juli 2022 menunjukkan ekspor timah dan turunannya tercatat USD 309,96 juta.
Selain itu, perusahaan timah milik negara PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan kinerja menggembirakan di pasar komoditas. Dalam laporan Public Expose (Pubex) 14 September 2022, perusahaan tambang pelat merah ini berhasil memperoleh laba bersih Rp 1,3 triliun di tahun 2021, meskipun tahun sebelumnya sempat anjlok hingga rugi Rp341 miliar.
Adapun di kuartal I 2022, TINS mencatatkan pertumbuhan laba hingga Rp1,08 triliun, naik 30,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Timah pun membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar Rp455 miliar atau 35 persen dari keuntungan perusahaan.
Di sisi kinerja ekspor, TINS mencatatkan ekspor hingga 24,3 ribu ton untuk menyuplai kebutuhan timah dunia pada 2021. Angka ini menurun di banding tahun sebelumnya yang jumlahnya mencapai 49,9 ribu ton.
Adapun volume ekspor terbesar terjadi di tahun 2019 mencapai 66,5 ribu ton.
Meskipun volume ekspor lebih besar, namun 2020 menjadi tahun kelam bagi banyak komoditas akibat pandemi Covid-19. Hal ini yang juga berdampak bagi pendapatan perusahaan. (Lihat tabel di bawah ini.)
PT Timah Tbk juga mencatat penyetoran pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada semester I 2022 mencapai Rp1,196 triliun. Angka tersebut meningkat sekitar 400 persen dari periode yang sama 2021 yakni Rp 234,6 miliar.
Sekretaris Perusahaan Timah, Abdullah Umar, mengatakan naiknya setoran pajak dan PNBP didorong meningkatnya harga komoditas. Rata-rata harga timah pada paruh pertama tahun ini mencapai USD41.110 per metrik ton.
Abdullah juga mencatat perbaikan tata kelola industri timah mempengaruhi peningkatan pajak. Timah melalui pola kemitraan merangkul masyarakat untuk menambang di wilayah konsesi perusahaan, sehingga masyarakat penambang yang bermitra dengan Timah ikut melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Untuk ke depannya, Abdullah mengatakan pihaknya optimis setoran pajak dan PNBP kepada negara akan terus naik hingga tutup buku 2022. Meski tak dipungkiri harga komoditas timah kurang menggembirakan di paruh kedua tahun ini.
"Manajemen perseroan berupaya untuk meningkatkan kinerja sehingga bisa memberikan kontribusi kepada negara, pemegang saham dan masyarakat," ujar Abdullah.
Di pasar komoditas, harga timah menunjukkan tren anjlok dalam beberapa waktu terakhir. Di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME), pada Kamis (15/9/2022) harga logam ini menyentuh angka USD20,810 per ton pada sesi penutupan, anjlok dari hari sebelumnya sebesar USD21,117 per ton.
Tertekannya harga timah ini pasca perlambatan ekonomi yang kini dihadapi beberapa negara dunia terutama Amerika Serikat (AS) dan China.
Sebagai informasi, BPS merilis data ekspor impor terbaru dan mengatakan ekspor Indonesia pada sepanjang Agustus 2022 tumbuh 9,17 persen month to month (mtm) dibanding ekspor Juli 2022. Nilainya mencapai USD27,9 miliar, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD 25,5 miliar. (ADF)