ECONOMICS

Jokowi Mau Impor Beras, Harga Gabah Petani Bisa Anjlok?

Dovana Hasiana/MPI 09/04/2023 04:25 WIB

Ketua Umum Perpadi menanggapi rencana impor beras oleh pemerintah pada tahun ini.

Jokowi Mau Impor Beras, Harga Gabah Petani Bisa Anjlok? (Foto MNC Media)

IDXChannel - Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso mengatakan, harga gabah petani tidak akan jatuh di bawah harga pokok penjualan (HPP) gabah yang sebelumnya telah ditetapkan sebesar Rp5.000, apabila pemerintah mampu mengendalikan jumlah pasokan dengan tetap memerhatikan dan menyerap produksi beras di dalam negeri.

Hal ini menanggapi rencana impor beras di tahun ini sebagai cadangan beras pemerintah di Perum Bulog guna mengantisipasi adanya potensi kemarau panjang yang disebabkan adanya el nino. Impor beras tersebut diklaim tidak akan mengganggu harga gabah petani.

“Memang impor ini akan menciptakan keseimbangan baru harga, sehingga harga gabah bisa mencapai HPP. Tapi, jangan sampai pemerintah tidak beli saat harga gabah sudah turun,” ujar Sutarto kepada MNC Portal Indonesia, Sabtu (8/4/2023).

Menurutnya, pemantauan terhadap produksi dalam negeri perlu dilakukan walaupun pemerintah sudah melakukan impor beras. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, bila produksi yang meningkat tidak diiringi dengan peningkatan permintaan, otomatis harga akan jatuh. 

Apalagi, impor beras dilakukan pada saat panen raya. Sehingga bila pemerintah tidak menyerap beras produksi di dalam negeri, petani akan sangat dirugikan.

Selain itu, Sutarto mendorong pemerintah untuk menerapkan metode mata rantai pasok yang tertutup (closed loop). Dalam hal ini, penggilingan padi yang ada di desa bisa dijadikan sebagai supplier langsung untuk pemerintah.

“Hal ini bisa dilaksanakan kalau metode korporasinya pas. Kalau bisa dibangun satu jaringan seperti itu, pemerintah tidak akan kesulitan mendapatkan beras,” jelas Sutarto.

Menurut Eks Dirut Bulog itu, pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan penggilingan padi besar, karena mereka sudah memiliki target pasarnya tersendiri. Sehingga pengadaan beras yang mengandalkan penggilingan padi besar dianggap tidak bisa mencukupi kebutuhan beras nasional yang biasanya mencapai 2,7 juta ton per bulan.

“Kalau bisa suatu saat semua bisa langsung beli ke petani. Kalau ke petani bisa lebih bagus karena bisa mengamankan harga di tingkat petani,” pungkas Sutarto.

(FAY)

SHARE