Jokowi: Momok Semua Negara Saat Ini Adalah Inflasi!
Presiden Jokowi mengungkapkan momok semua negara sekarang adalah inflasi yang menyebabkan harga-harga bahan kebutuhan melonjak.
IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan dunia saat ini sedang dalam kondisi sulit, dan momok semua negara sekarang adalah inflasi yang menyebabkan harga-harga bahan kebutuhan melonjak.
“Karena Momok semua negara ini inflasi, momok semua negara saat ini inflasi,” tegas Jokowi, dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2022, di Kantor Bank Indonesia, Kamis (18/8/2022).
Jokowi mengungkapkan, walau inflasi di Indonesia pada Juli cukup tinggi yakni mancapai 4.94 persen, namun angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan negara-negara lainnya.
Inflasi Year on Year per Juli 2022 yakni:
Korsel 6,3 persen
Singapura 6,7 persen
India 6,7 persen
Thailand 7,7 persen
Amerika Serikat 8,5 persen
Uni Eropa 8,9 persen
Turki 97,6 persen
“Uni Eropa 8,9 persen, AS 9,1 persen kemudian turun 8,5 persen, bukan sesuatu yang mudah, dan ini menjadi semua momok semua negara,” ungkap Jokowi.
Sebelumnya, dalam laporannya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan inflasi 2022 diperkirakan berisiko melebihi target yang ditetapkan yakni 3 persen plus minus 1 persen.
“Inflasi Juli 2022 mencapai 4,94 persen masih lebih rendah dari negara lain, tapi melebihi dari batas atas sasaran 3 persen plus minus 1 persen. Terutama disebabkan oleh tingginya inflasi kelompok pangan bergejolak, yang mencapai 11,47 persen yang mestinya tidak lebih dari 5 persen atau maksimal 6 persen,” kata Perry.
Perry mengungkapkan, tekanan bersumber terutama dari kenaikan harga komoditas global akibat berlanjutnya ketegangan geopolitik disejumlah negara yang mengganggu mata rantai pasokan global dan juga mendorong sejumlah negara melakukan kebijakan proteksi pangan.
Di dalam negeri terjadi gangguan pasokan disejumlah sentra-sentra produksi hortikultura termasuk aneka cabai dan bawang merah akibat permasalahan disuktural di sektor pertanian serta cuaca demikian juga ketersediaan antar waktu dan antar daerah.
Perry mengungkapkan, kenaikan harga energi global juga mendorong kenaikan inflasi barang yang diatur pemerintah, termasuk angkutan udara, tekanan dapat ditahan sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan subsidi energi.
Sementara itu, tekanan dari inflasi dari sisi permintaan atau sering disebut inflasi inti masih tetap rendah,ini menunjukan daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih meskin sudah meningkat, sementara ekspektasi inflasi juga sudah terjaga.
Sementara inflasi IHK pada 2022 kami perkirakan akan lebih tinggi dari batas atas kisaran 3 persen plus minus 1 persen, perkiraan ini terutama disebabkan oleh masih tingginya harga pangan dan energi global dan gangguan cuaca serta kesenjangan pasokan antar waktu dan antar daerah.
“Inflasi pada 2022 juga berisiko melebihi risiko batas atas sasaran 3 persen plus minus 1 persen,” ungkap Perry. (RRD)