ECONOMICS

Jokowi Sebut 85 Juta Pekerjaan Hilang di 2025 akibat Otomasi hingga AI

Binti Mufarida 19/09/2024 17:57 WIB

Jokowi mengatakan sebanyak 85 juta pekerjaan akan hilang pada 2025. Penyebabnya yaitu adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor kerja hingga munculnya AI.

Jokowi Sebut 85 Juta Pekerjaan Hilang di 2025 akibat Otomasi hingga AI. (Foto: Binti/MNC Media)

IDXChannel - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan sebanyak 85 juta pekerjaan akan hilang pada 2025. Penyebabnya yaitu adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor kerja hingga munculnya Artificial Intelligence (AI).

“Peningkatan otomasi di berbagai sektor kerja. semua sekarang ini mulai masuk ke sana semua ke otomasi semua. Awal kita hanya otomasi mekanik, kemudian sekarang muncul AI, muncul analis, muncul otomasi analytic. Setiap hari muncul hal-hal baru,” kata Jokowi saat menghadiri Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia XXII & Seminar Nasional 2024 di Surakarta, Kamis (19/9/2024).

“Dan kalau kita baca 2025, pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta. Pekerjaan akan hilang 85 juta, sebuah jumlah yang tidak kecil. Kita dituntut membuka lapangan kerja, justru di 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang, karena tadi adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor,” ujarnya.

Kepala negara juga mengingatkan terkait gig economy yakni sebuah pasar tenaga kerja yang identik dengan karyawan kontrak jangka pendek atau pekerja lepas (freelancer). Pasalnya, gig economy bisa menjadi tren yang akan mengurangi jumlah lapangan kerja.

“Gig economy. Hati-hati dengan ini ekonomi serabutan, ekonomi paruh waktu. Kalau tidak dikelola dengan baik, ini akan jadi menjadi tren, perusahaan lebih memilih pekerja independen. Perusahaan memilih pekerja freelancer, perusahaan memilih kontrak jangka pendek untuk mengurangi risiko ketidakpastian global yang sedang terjadi. Ini trennya kita lihat menuju ke sana,” kata Jokowi.

Jokowi pun kembali mengingatkan jumlah lapangan kerja yang semakin berkurang harus segera diatasi. “Dan yang bekerja itu bisa bekerja di sini bisa bekerja di negara lain. Sehingga, sekali lagi kesempatan kerja semakin sempit dan semakin berkurang,” tuturnya.

(Febrina Ratna)

SHARE