Jumlah Kelas Menengah Turun, Utang Paylater di Indonesia Meningkat Signifikan
Fenomena turunnya jumlah kelas menengah di Indonesia diikuti dengan meningkatnya utang menggunakan skema buy now pay later (BNPL).
IDXChannel – Fenomena turunnya jumlah kelas menengah di Indonesia menuju kelas menengah bawah atau aspiring middle class (AMC) diikuti dengan meningkatnya utang menggunakan skema buy now pay later (BNPL).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), utang paylater masyarakat Indonesia mencapai Rp7,99 triliun hingga Agustus 2024. Jumlah ini naik 89,20 persen dibandingkan 2023.
Direktur PT Indodana Multi Finance, Iwan Dewanto menyebut, deflasi dan pelemahan konsumsi beberapa bulan terakhir ini justru mendorong minat masyarakat menggunakan paylater.
Iwan mengatakan, kenaikan utang paylater didorong oleh kemudahan akses yang tersedia dalam platform digital. Selain itu, kemudahan transaksi dengan merchant atau pihak yang menjual produknya lewat platform yang dimaksud.
"Peningkatannya kelihatan di masyarakat, bahkan tumbuh ya, tumbuh karena kemudahan (BNPL),” ujar Iwan saat gelaran diskusi ‘Dunia Baru Fintech’, Jakarta, Rabu (9/10/2024).
Menurutnya, BNPL tercatat tumbuh subur, terutama pada penduduk yang masuk kategori unbanked atau tidak mendapat akses pendanaan di perbankan yang mencapai 67 persen.
“Yang kita sasar itu, khusus paylater, paylater unbanked, unbanked ada 67 persen, tuh gede banget ya,” ujarnya menambahkan.
Di sisi lain, Chief Data Officer Lokadata.id Suwandi Ahmad mengatakan 78 persen generasi Z alias Gen Z menggunakan aplikasi teknologi finansial alias fintech, baik dompet digital, layanan pinjaman, hingga pembayaran digital.
Adapun, sebanyak 73 persen anak muda beralih menggunakan bank digital dan 67 persen untuk layanan Buy Now Pay Later (BNPL).
“78 persen anak muda menggunakan fintech,” kata dia.
Pemanfaatan fintech oleh GenZ digunakan untuk membeli kebutuhan fesyen, produk perawatan kulit (skincare), konser atau event hiburan, dan investasi.
Soal sisa utang GenZ melalui skema BNPL, Suwandi mengaku telah terjadi pergeseran tujuan. Pasalnya, sisa pinjaman tidak lagi digunakan untuk investasi, meskipun lebih dari separuh Gen Z rutin melakukan perencanaan keuangan bulanan.
(Febrina Ratna)