Jurus Erick Thohir Perbaiki Keuangan BUMN Karya yang Berdarah-darah
Ada tiga skema yang ditempuh Kementerian BUMN untuk memperbaiki keuangan perusahaan negara di sektor infrastruktur.
IDXChannel - Ada tiga skema yang ditempuh Kementerian BUMN untuk memperbaiki keuangan perusahaan negara di sektor infrastruktur. Strategi itu harus dilakukan lantaran BUMN Karya masih mencatatkan kerugian yang berarti.
Menteri BUMN Erick Thohir merinci ketiga skema yang dimaksud. Pertama, suntikan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) kepada BUMN Karya melalui penyertaan modal negara (PMN).
Kedua, memperbaiki bisnis plan. Ketiga, tenor utang perusahaan dipanjangkan menjadi delapan tahun.
Dia menuturkan, mekanisme keuangan itu tengah dan terus dilakukan dengan harapannya bisa menekan utang dan memperbaiki struktur keuangan BUMN Karya.
"Ada tiga hal, satu PMN, ya dari pemerintah setoran negara, kedua memperbaiki business plan yang tadi, sehingga bukunya jadi biru. Ketiga, utangnya dipanjangin, yang tadinya tiga tahun jadi delapan tahun. Sesuai dengan proyeknya. Nah, mekanisme keuangan itu yang kita dorong," ungkap Erick saat ditemui di iNews Tower, Jakarta, Selasa (2/5/2023).
Keuangan perusahaan pelat merah di sektor infrastruktur memang 'berdarah-darah' alias merugi. Erick menyebut ada tiga aspek yang menyebabkan hal tersebut.
Ketiga faktor tersebut di antaranya beban bunga utang yang terlalu tinggi, waktu operasional tidak sesuai dengan studi kelayakan (feasibility study), serta adanya praktik korupsi di internal perusahaan.
"Gini, konteksnya harus dilihat karena tiga hal. Satu, karena beban bunga yang terlalu tinggi, kedua, waktu operasional tidak sesuai dengan feasibility study, ketiga, ada kasus korupsi," ucap dia.
Erick menjelaskan, ketiga aspek itu masih diperdalam untuk menemukan masalah yang lebih krusial. Misalnya, kerugian BUMN Karya lebih didominasi oleh praktik korupsi atau justru adanya kesalahan operasional bisnis atau proyek yang ditangani.
Jika korupsi yang mendominasi, maka akan diusut dan ditangani sesegera mungkin. Sebaliknya, bila ada kekeliruan atas operasional bisnis perusahaan, maka terus diperbaiki.
"Tentu kerugian karena kasus korupsi, apalagi dari utang yang harus kita sikat, tetapi itu karena salah berhitung secara operasional harus kita perdalam, apakah karena saat Covid, apakah juga masa daripada itunya belum maksimal," katanya.
"Contoh jalan tol, jalan tol itu kan prosesnya delapan tahun supaya itu bisa menjadi cash flow positif, tetapi jadi 10 tahun, kenapa? Mesti kita hitung, apakah karena Covid, atau karena kemarin itu trafiknya itu belum setinggi yang diprediksi, nah itu kan hal-hal yang lumrah," lanjut dia.
Terkait utang, lanjut Erick, pihaknya tengah melakukan restrukturisasi agar keuangan perusahaan bisa menjadi positif.
(YNA)