Kadin: Badai PHK di Industri Manufaktur Masih akan Berlanjut
Kondisi industri manufaktur di Indonesia masih belum menunjukan kondisi pemulihan sehingga badai pemutusan hubungan kerja (PHK) diyakini terus berlanjut.
IDXChannel - Kondisi industri manufaktur di Indonesia masih belum menunjukan kondisi pemulihan sehingga badai pemutusan hubungan kerja (PHK) diyakini terus berlanjut.
"Kita lihat ada tiga penyebab dari indeks kepercayaan industri turun, pertama penurunan daya beli dan permintaan pasar, kita lihat pasar ekspor kita ke Eropa, China, USA, Timur tengah, ini melambat," ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sarman Simanjorang dalam Market Review IDX Channel, Jumat (10/11/2023).
Selain itu, lesunya industri di Tanah Air juga disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah. Hal itu berdampak pada penambahan biaya dalam belanja bahan baku impor, dan ujungnya harga jual produk di pasar juga ikut menyesuaikan.
Faktor lain yang membuat kinerja industri manufaktur kurang ekspansif adalah maraknya barang impor dari luar yang hingga saat ini belum dapat ditegaskan oleh pemerintah. Kehadiran barang impor menjadi ancaman bagi industri karena praktis punya harga yang lebih murah karena barang hasil selundupan dan bebas dari pajak.
"Banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia, dan saat ini penegak hukum kita belum mampu membasminya, ini berdampak pada kinerja Manufaktur kita yang sangat menurun," sambung Sarman.
Menurutnya kondisi melemahnya permintaan pasar akibat tiga faktor tersebut menyeret dampak pada efisiensi yang harus dilakukan oleh perusahaan, salah satunya pengurangan karyawan. Beberapa wilayah yang paling banyak melakukan PHK seperti di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten.
"Memang industri padat karya kita ini produktivitas sangat menurun, sektor ini plainh banyak melakukan PHK," kata Sarman.
"Kalau kita lihat dari kementerian ketenagakerjaan, bahwa sampai dengan bulan September, sudah terjadi PHK hampir 42 ribu karyawan, ini semua sektor padat karya," pungkasnya.
(DES)