ECONOMICS

Kadin Dorong Peningkatan Ekspor Alas Kaki, Elektronik, hingga Daun Kelor ke AS

Tangguh Yudha 26/04/2025 12:59 WIB

Kadin mendorong peningkatan ekspor sejumlah komoditas unggulan ke Amerika Serikat (AS). Mulai dari alas kaki, elektronik, garmen, perikanan, hingga daun kelor.

Kadin Dorong Peningkatan Ekspor Alas Kaki, Elektronik, hingga Daun Kelor ke AS. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong peningkatan ekspor sejumlah komoditas unggulan ke Amerika Serikat (AS). Mulai dari alas kaki, elektronik, garmen, perikanan, hingga daun kelor disebut memiliki potensi yang sangat besar.

Ketua Umum Kadin, Anindya Novyan Bakrie, menyebut Indonesia memiliki strategi untuk menetralkan surplus perdagangan sebesar USD18 miliar terhadap AS dengan merelokasikan impor migas senilai USD40 miliar. Di sisi lain Indonesia ditargetkan dapat meningkatkan ekspor komoditas unggulan ke AS.

"Indonesia memiliki potensi besar di sektor nontradisional, seperti daun kelor dan perikanan di Nusa Tenggara Timur, yang bisa langsung diekspor ke AS tanpa harus melalui negara lain. Indonesia harus proaktif meningkatkan ekspor," kata Anindya dikutip dari pernyataan resminya, Sabtu (26/4/2025).

Di sisi lain, Anin mencatat bahwa AS juga tengah berupaya memperluas ekspor komoditasnya ke Indonesia, seperti kedelai, gandum, dan kapas. Ia mencontohkan kunjungan delegasi Cotton US ke Indonesia baru-baru ini, yang menandakan ketertarikan mereka untuk memperluas pemakaian kapas AS dalam industri garmen nasional.

"Ternyata 2 hari yang lalu Cotton US sudah di sini. Mereka sudah ingin menanyakan bagaimana kapasnya bisa dipakai lebih supaya nanti garmen kita kalau masuk ke Amerika siapa tahu tarifnya rendah bahkan 0 persen. Jadi yang berpikir seperti ini bukan kita saja," tutur Anindya.

Mengenai relevansi isu ini dengan diskusi logistik, Anin menilai ALFI sebagai pihak yang memiliki data lengkap dan bagian penting dari rantai pasok nasional. Menurutnya, Indonesia berpeluang menjadi pemenang dalam gelombang kebijakan perdagangan global baru, yang ia sebut sebagai Trump 2.0, setelah sebelumnya Vietnam dan Malaysia lebih unggul dalam periode Trump 1.0.

“Memang transisi satu setengah tahun ke depan tidak akan mudah, tapi jika ini adalah transisi untuk naik kelas, maka itu tidak masalah,” ujar Anindya.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE