ECONOMICS

Kalahkan China, PMI Manufaktur RI Ekspansif di Juli 2023

Maulina Ulfa - Riset 01/08/2023 11:51 WIB

Indeks PMI Manufaktur Indonesia versi S&P Global meningkat menjadi 53,3 pada Juli 2023. Angka ini meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 52,5.

Kalahkan China, PMI Manufaktur RI Ekspansif di Juli 2023. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks PMI Manufaktur Indonesia versi S&P Global meningkat menjadi 53,3 pada Juli 2023. Angka ini meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 52,5.

Kenaikan ini menjadi pertumbuhan aktivitas pabrik bulan ke-23 berturut-turut, dengan permintaan baru menunjukkan kinerja tercepat sejak September tahun lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)

Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) Indonesia S&P Global mengukur kinerja sektor manufaktur dan berasal dari survei terhadap 400 perusahaan manufaktur.

Indeks ini didasarkan pada lima indeks individu dengan bobot yang mencakup Pesanan Baru (30 persen), Output (25 persen), Ketenagakerjaan (20 persen), Waktu Pengiriman Pemasok (15 persen) dan Stok Barang yang Dibeli (10 persen).

Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi sektor manufaktur dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi, sedangkan angka tepat 50 menunjukkan tidak ada perubahan.

Menurut laporan S&P Global, sektor ketenagakerjaan meningkat untuk bulan keenam berturut-turut. Namun, laju ekspansi tenaga kerja ringan, terutama bila dibandingkan dengan tingkat di mana perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian mereka.

Di sisi biaya, inflasi harga input meningkat karena biaya bahan baku yang lebih tinggi, sehingga hal ini mempengaruhi harga jual.

Menurut paparan S&P Global, sentimen di seluruh sektor manufaktur Indonesia tetap positif pada Juli. Ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup optimis tentang produksi dalam 12 bulan mendatang.

Meski demikian, tingkat kepercayaannya berada di bawah rata-rata sembilan bulan berturut-turut, meskipun kondisi permintaan lebih baik pada Juli.

“Sektor manufaktur Indonesia terus menunjukkan performanya terlihat dari momentum pertumbuhan yang tangguh di awal yang ketiga kuartal, menurut data PMI Global S&P terbaru. Akselerasi pertumbuhan didorong tidak hanya oleh permintaan domestik yang lebih kuat, tetapi juga pembaruan peningkatan bisnis baru dari luar negeri,” kata Jingyi Pan, Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence.

Jingy menambahkan, kepercayaan bisnis juga melunak selama periode survei terbaru. Meskipun, pelaku bisnis melihat perbaikan di sisi permintaan, tetap ada kekhawatiran terkait prospek bisnis ke depan.

Optimisme sektor manufaktur RI ini menjadi titik cerah bagi perekonomian Asia. Mengingat, negara dengan ekonomi terbesar dunia, China, juga masih mengalami tekanan di sektor manufaktur.

Data teranyar, PMI Manufaktur Umum Caixin China justru turun menjadi 49,2 pada Juli 2023 dibanding 50,5 pada Juni. Angka ini juga meleset dari perkiraan pasar 50,3 sementara mencapai angka terendah dalam enam bulan.

Data teranyar ini juga merupakan penurunan pertama dalam aktivitas pabrik sejak April, karena pesanan baru turun setelah tumbuh dalam dua bulan sebelumnya.

Penjualan internasional juga mengalami kontraksi terbesar sejak September 2022 dan tingkat pembelian turun untuk pertama kalinya sejak Januari.

Selanjutnya, lapangan kerja menurun untuk bulan ke-5 berjalan sementara simpanan pekerjaan stabil. Waktu pengiriman tercatat lebih buruk, karena beberapa pemasok mengurangi tingkat persediaan mereka.

Mengenai harga, biaya input turun untuk bulan keempat dan biaya output menurun lebih lanjut. Akhirnya, kepercayaan melemah empat bulan berturut-turut.

"Kebijakan moneter hanya berdampak terbatas pada peningkatan pasokan. Kebijakan fiskal ekspansif yang menargetkan permintaan harus diprioritaskan," kata Wang Zhe, ekonom di Caixin Insight Group. (ADF)

SHARE